Banyak agama-agama dan gerakan-gerakan spiritual yang percaya bahwa kitab-kitab sucinya adalah wahyu Illahi, diilhami Tuhan dan mereka memandang kitab-kitab sucinya sebagai Firman Sejati Tuhan. Wahyu Illahi, yang diakui sebagai hal utama dalam agama-agama Abraham, bukanlah monopoli agama-agama monoteistik saja. Di belahan dunia lain, kitab Veda yang merupakan dasar agama politheis Hindu, dipandang sebagai kitab yang suci yang diwahyukan kepada manusia pilihan dari antara orang-orang suci di jaman dahulu. Wahyu terus-menerus diturunkan ke bumi sampai seorang Arab di abad ke 7 mengaku sebagai nabi terakhir dan mengatakan dirinya membawa wahyu terakhir dari Tuhan. Terlebih lagi, tidak seperti nabi-nabi sebelumnya, dia mengaku firman yang dibawanya itu begitu penting sehingga siapapun yang tidak menerima dia sebagai nabi dan tidak percaya pada pesan yang dibawanya adalah orang-orang sesat. Dia menyatakan orang-orang yang tidak mempercayainya adalah orang-orang terkutuk dan harus dibunuh atau ditundukkan dan diperlakukan sebagai warga kelas dua (dhimmi). Makanya tidak heran jika akhirnya banyak orang-orang Arab sukunya menolak pandangannya.
Pengakuan besar-besaran seperti ini membangkitkan lebih banyak pertanyaan pada diri kita daripada jawaban. Orang tidak habis bertanya pada dirinya sendiri: bagaimana mungkin firman penting dari Tuhan yang maha kuasa berisi begitu rendah nilainya sehingga bahkan diejek dan ditolak orang? Bagaimana mungkin pesan dari Allah yang maha cerdas itu isinya begitu jelek sehingga Muhammad harus melarikan diri dari kemarahan masyarakatnya sendiri? Bagaimana mungkin, firman Tuhan yang sejati, bahkan sampai 1400 tahun setelah diwahyukan tetap saja tidak menunjukkan tanda-tanda diterima sebagai pesan sejati oleh 2/3 penduduk dunia? Untuk mengerti pertanyaan-pertanyaan ini, konsep pewahyuan harus ditelaah dengan seksama.
Agar firman Tuhan benar-benar efektif, maka penting bagi Tuhan untuk memilih:
1) Waktu yang tepat untuk komunikasi
2) Bahasa yang tepat untuk disampaikan
3) Tempat yang tepat untuk menurunkan wahyu
4) The right person to convey his message
5) Dan, pesan yang tepat untuk memperbaiki keadaan manusia
Apakah Abad Ke 7M Merupakan Waktu Yang Tepat Untuk Komunikasi?
Tampaknya tuhan-nya Islam tidak melihat kenyataan atau mungkin bahkan sudah lupa berapa kali dia mengirim nabi-nabi yang gagal terus sebelum abad 1M, sehingga dia tiba-tiba saja mengirim nabi terakhir di pertengahan abad ke 7M untuk menyampaikan pesanNya yang terakhir. Jika Allah adalah satu-satunya Tuhan yang sebenarnya dan satu-satunya jalan masuk surga, bagaimana dong nasib orang-orang lain yang lahir sebelum abad ke 7M? Bukankah Allah yang sangat tidak adil karena tidak menyelamatkan jiwa orang-orang sebelum Muhammad ada? Utusan Tuhan yang sejati seharusnya menguntungkan semua orang di waktu kapan saja dan harus lekang sepanjang jaman.
Sumber:
Pengakuan besar-besaran seperti ini membangkitkan lebih banyak pertanyaan pada diri kita daripada jawaban. Orang tidak habis bertanya pada dirinya sendiri: bagaimana mungkin firman penting dari Tuhan yang maha kuasa berisi begitu rendah nilainya sehingga bahkan diejek dan ditolak orang? Bagaimana mungkin pesan dari Allah yang maha cerdas itu isinya begitu jelek sehingga Muhammad harus melarikan diri dari kemarahan masyarakatnya sendiri? Bagaimana mungkin, firman Tuhan yang sejati, bahkan sampai 1400 tahun setelah diwahyukan tetap saja tidak menunjukkan tanda-tanda diterima sebagai pesan sejati oleh 2/3 penduduk dunia? Untuk mengerti pertanyaan-pertanyaan ini, konsep pewahyuan harus ditelaah dengan seksama.
Agar firman Tuhan benar-benar efektif, maka penting bagi Tuhan untuk memilih:
1) Waktu yang tepat untuk komunikasi
2) Bahasa yang tepat untuk disampaikan
3) Tempat yang tepat untuk menurunkan wahyu
4) The right person to convey his message
5) Dan, pesan yang tepat untuk memperbaiki keadaan manusia
Apakah Abad Ke 7M Merupakan Waktu Yang Tepat Untuk Komunikasi?
Tampaknya tuhan-nya Islam tidak melihat kenyataan atau mungkin bahkan sudah lupa berapa kali dia mengirim nabi-nabi yang gagal terus sebelum abad 1M, sehingga dia tiba-tiba saja mengirim nabi terakhir di pertengahan abad ke 7M untuk menyampaikan pesanNya yang terakhir. Jika Allah adalah satu-satunya Tuhan yang sebenarnya dan satu-satunya jalan masuk surga, bagaimana dong nasib orang-orang lain yang lahir sebelum abad ke 7M? Bukankah Allah yang sangat tidak adil karena tidak menyelamatkan jiwa orang-orang sebelum Muhammad ada? Utusan Tuhan yang sejati seharusnya menguntungkan semua orang di waktu kapan saja dan harus lekang sepanjang jaman.
Yang sukar dimengerti adalah apa sih yang mencegah Tuhan untuk menyampaikan pesanNya di waktu awal seorang manusia diciptakan sehingga orang itu, kapanpun dia lahir, bisa menerima firmanNya yang berguna demi kebaikan nasibnya.
Apakah Bahasa Arab Merupakan Bahasa Yang Tepat Untuk Komunikasi?
Setelah mengirim wahyu-wahyuNya yang terdahulu dalam bahasa Aramaik, dengan alasan yang hanya diketahuiNya sendiri, Allah tiba-tiba saja memilih bahasa lain dari penduduk padang pasir terpencil yang tidak hanya tak dikenal banyak orang, tapi juga merupakan bahasa yang paling sedikit dipakai di dunia. Biasanya kalau mendengar pendapat ini, para ilmuwan Muslim dengan gesitnya menjawab bahwa bahasa Arab adalah bahasa yang paling puitis di dunia dan Qur’an tidak bisa diterjemahkan ke dalam bahasa lain tanpa kehilangan keindahannya dan Allah ngotot ingin keindahan itu harus tetap ada. Padahal sebenarnya bukankah yang terpenting itu adalah keselamatan manusia. Masalah indah atau tak indah tidaklah begitu penting, karena yang lebih penting adalah firman itu harus jelas dan singkat dan disampaikan dalam bahasa yang termudah di dunia. Bahasa Arab jelas bukan bahasa termudah di dunia. Lihatlah jawabanku yang lebih detail buat ahli Islam Hamza Tzortzis tentang hal ini.
Apakah Arabia Tempat Yang Tepat Untuk Menurunkan Wahyu?
Sebelum jaman Yesus dan berabad-abad sebelum Muhammad lahir, sudah terdapat kebudayaan-kebudayaan besar seperti Yunani, India, Persia, dan China kuno yang terletak di tempat-tempat yang lebih banyak dihuni, lebih maju, jauh lebih unggul secara intelektual dibandingkan orang-orang Arab nomad. Kebudayaan-kebudayaan ini berkembang luas dan menyebar ke mana-mana. Lalu tiba-tiba saja Allah punya obsesi dengan Timur Tengah, sehingga dia lalu menurunkan nabi-nabiNya hanya ke Yerusalem dan tempat-tempat sekitarnya, bagaikan itu tempat satu-satunya di dunia. Pengaruh budaya Yunani dan Romawi menyebar ke separuh dunia. Juga pengaruh budaya India dan China menyebar luas sampai ke Persia dan Jepang. Tampaknya Allah ini tidak banyak tahu tentang dunia atau mungkin Dia tahu bahwa ayat-ayatNya pasti kalah dibandingkan dengan para filsuf Yunani dan India sehingga Dia memilih Arabia sebagai tempat turun wahyu. Apapun alasannya, yang jelas bahasa dan budaya di tanah Arab tidak punya pengaruh luas di manapun. Dengan begitu, tanah Arab bukanlah tempat yang ideal untuk mewahyukan firman illahi sejati. Tidaklah heran jika terdapat begitu banyak interpretasi Qur’an dari yang paling lembut sampai yang sangat amat kejam.
Apakah Muhammad Itu Orang Yang Tepat Untuk Menyampaikan Wahyu?
Satu dari sifat Islam yang penting adalah pengakuan Muhammad bahwa dia dikirim untuk memperbaiki firman-firman yang disampaikan nabi-nabi terdahulu. Dia menyatakan bahwa Yesus, Musa, Adam semuanya adalah para Muslim pilihan Allah yang dipilih untuk menyampaikan firmanNya, tapi mereka semua gagal melaksanakannya. Hal ini membuktikan bahwa Allah berulang-kali gagal memilih orang yang tepat untuk menyampaikan pesanNya. Allah telah mengirim nabi-nabi untuk mengganti nabi-nabi yang terdahulu dan ini semua menimbulkan keraguan tentang kemampuan Allah mengambil keputusan. Tidakkah Dia tahu bahwa nabi-nabi yang dipilihanya itu bakal gagal melaksanakan tugas? Terlebih lagi, nabi yang terakhir juga gagal pula dan Islam bukannya menjadi agama dominan dunia, tapi malahan jadi agama yang paling dibenci dan ditakuti.
Juga, tampaknya Muhammad tidak suka dengan sifat-sifat yang biasanya kita kenal dari seorang nabi. Aku tidak mau membahas sifat dia secara mendalam dalam tulisan ini, tetapi aku lebih ingin mempertanyakan perihal pewahyuan di mana si penerima wahyu, yakni Muhammad, buta huruf. Pertanyaan tentang bisa tidaknya nabi membaca tampaknya tidak dianggap penting dalam Islam karena mereka percaya di surga sudah terdapat kitab suci yang di-edit sendiri oleh Allah tapi disebarkan di dunia oleh nabinya. Kenyataannya, Muhammad punya banyak sekretaris (juru tulis) yang menuliskan ayat-ayat Qur’an dan karena dia sendiri buta huruf, maka tentunya dia tidak bisa memeriksa benar tidaknya penulisan ayat-ayat ini. Nasib umat tergantung dari tulisan para sekretaris ini yang kemampuannya juga tidak jelas.Yang diikuti oleh 1,2 milyar Muslim sebagai firman Allah sebenarnya bukanlah wahyu yang diterima Muhammad dan bahkan bukan yang dikatakan Muhammad, tapi apa yang ditulis oleh banyak sekretaris yang hasil tulisannya juga belum tentu diperiksa ketepatannya. Aku heran mengapa Allah sendiri memilih nabi yang buta huruf dan hal ini malahan semakin membuktikan bahwa Allah gagal memilih orang yang tepat untuk menyampaikan firmanNya.
Apakah Qur’an Itu Merupakan Pesan Yang Tepat?
Qur’an mengaku sebagai buku yang mudah dimengerti, jelas, dan singkat, tapi kelakuan para Muslim tidak membuktikan hal itu sama sekali. Terdapat lebih banyak sekte pecahan dalam Islam dibandingkan agama monoteistik manapun di dunia. Terlebih lagi, permusuhan antar sekte ini sangat buas biadab dan persis sama seperti mental barbar suku-suku Arab abad ke 7M. Perang Iran-Irak dan kekerasan sektarian di Pakistan mengingatkan kita kembali akan kentalnya kebencian antar aliran-aliran dalam Islam “agama damai” atau lebih tepatnya “agama sangar.” Padahal katanya Allah mengirim Qur’an sebagai buku penuh ajaran damai dan jelas bagi manusia.
Apakah Bahasa Arab Merupakan Bahasa Yang Tepat Untuk Komunikasi?
Setelah mengirim wahyu-wahyuNya yang terdahulu dalam bahasa Aramaik, dengan alasan yang hanya diketahuiNya sendiri, Allah tiba-tiba saja memilih bahasa lain dari penduduk padang pasir terpencil yang tidak hanya tak dikenal banyak orang, tapi juga merupakan bahasa yang paling sedikit dipakai di dunia. Biasanya kalau mendengar pendapat ini, para ilmuwan Muslim dengan gesitnya menjawab bahwa bahasa Arab adalah bahasa yang paling puitis di dunia dan Qur’an tidak bisa diterjemahkan ke dalam bahasa lain tanpa kehilangan keindahannya dan Allah ngotot ingin keindahan itu harus tetap ada. Padahal sebenarnya bukankah yang terpenting itu adalah keselamatan manusia. Masalah indah atau tak indah tidaklah begitu penting, karena yang lebih penting adalah firman itu harus jelas dan singkat dan disampaikan dalam bahasa yang termudah di dunia. Bahasa Arab jelas bukan bahasa termudah di dunia. Lihatlah jawabanku yang lebih detail buat ahli Islam Hamza Tzortzis tentang hal ini.
Apakah Arabia Tempat Yang Tepat Untuk Menurunkan Wahyu?
Sebelum jaman Yesus dan berabad-abad sebelum Muhammad lahir, sudah terdapat kebudayaan-kebudayaan besar seperti Yunani, India, Persia, dan China kuno yang terletak di tempat-tempat yang lebih banyak dihuni, lebih maju, jauh lebih unggul secara intelektual dibandingkan orang-orang Arab nomad. Kebudayaan-kebudayaan ini berkembang luas dan menyebar ke mana-mana. Lalu tiba-tiba saja Allah punya obsesi dengan Timur Tengah, sehingga dia lalu menurunkan nabi-nabiNya hanya ke Yerusalem dan tempat-tempat sekitarnya, bagaikan itu tempat satu-satunya di dunia. Pengaruh budaya Yunani dan Romawi menyebar ke separuh dunia. Juga pengaruh budaya India dan China menyebar luas sampai ke Persia dan Jepang. Tampaknya Allah ini tidak banyak tahu tentang dunia atau mungkin Dia tahu bahwa ayat-ayatNya pasti kalah dibandingkan dengan para filsuf Yunani dan India sehingga Dia memilih Arabia sebagai tempat turun wahyu. Apapun alasannya, yang jelas bahasa dan budaya di tanah Arab tidak punya pengaruh luas di manapun. Dengan begitu, tanah Arab bukanlah tempat yang ideal untuk mewahyukan firman illahi sejati. Tidaklah heran jika terdapat begitu banyak interpretasi Qur’an dari yang paling lembut sampai yang sangat amat kejam.
Apakah Muhammad Itu Orang Yang Tepat Untuk Menyampaikan Wahyu?
Satu dari sifat Islam yang penting adalah pengakuan Muhammad bahwa dia dikirim untuk memperbaiki firman-firman yang disampaikan nabi-nabi terdahulu. Dia menyatakan bahwa Yesus, Musa, Adam semuanya adalah para Muslim pilihan Allah yang dipilih untuk menyampaikan firmanNya, tapi mereka semua gagal melaksanakannya. Hal ini membuktikan bahwa Allah berulang-kali gagal memilih orang yang tepat untuk menyampaikan pesanNya. Allah telah mengirim nabi-nabi untuk mengganti nabi-nabi yang terdahulu dan ini semua menimbulkan keraguan tentang kemampuan Allah mengambil keputusan. Tidakkah Dia tahu bahwa nabi-nabi yang dipilihanya itu bakal gagal melaksanakan tugas? Terlebih lagi, nabi yang terakhir juga gagal pula dan Islam bukannya menjadi agama dominan dunia, tapi malahan jadi agama yang paling dibenci dan ditakuti.
Juga, tampaknya Muhammad tidak suka dengan sifat-sifat yang biasanya kita kenal dari seorang nabi. Aku tidak mau membahas sifat dia secara mendalam dalam tulisan ini, tetapi aku lebih ingin mempertanyakan perihal pewahyuan di mana si penerima wahyu, yakni Muhammad, buta huruf. Pertanyaan tentang bisa tidaknya nabi membaca tampaknya tidak dianggap penting dalam Islam karena mereka percaya di surga sudah terdapat kitab suci yang di-edit sendiri oleh Allah tapi disebarkan di dunia oleh nabinya. Kenyataannya, Muhammad punya banyak sekretaris (juru tulis) yang menuliskan ayat-ayat Qur’an dan karena dia sendiri buta huruf, maka tentunya dia tidak bisa memeriksa benar tidaknya penulisan ayat-ayat ini. Nasib umat tergantung dari tulisan para sekretaris ini yang kemampuannya juga tidak jelas.Yang diikuti oleh 1,2 milyar Muslim sebagai firman Allah sebenarnya bukanlah wahyu yang diterima Muhammad dan bahkan bukan yang dikatakan Muhammad, tapi apa yang ditulis oleh banyak sekretaris yang hasil tulisannya juga belum tentu diperiksa ketepatannya. Aku heran mengapa Allah sendiri memilih nabi yang buta huruf dan hal ini malahan semakin membuktikan bahwa Allah gagal memilih orang yang tepat untuk menyampaikan firmanNya.
Apakah Qur’an Itu Merupakan Pesan Yang Tepat?
Qur’an mengaku sebagai buku yang mudah dimengerti, jelas, dan singkat, tapi kelakuan para Muslim tidak membuktikan hal itu sama sekali. Terdapat lebih banyak sekte pecahan dalam Islam dibandingkan agama monoteistik manapun di dunia. Terlebih lagi, permusuhan antar sekte ini sangat buas biadab dan persis sama seperti mental barbar suku-suku Arab abad ke 7M. Perang Iran-Irak dan kekerasan sektarian di Pakistan mengingatkan kita kembali akan kentalnya kebencian antar aliran-aliran dalam Islam “agama damai” atau lebih tepatnya “agama sangar.” Padahal katanya Allah mengirim Qur’an sebagai buku penuh ajaran damai dan jelas bagi manusia.
Belum lagi catatan buruk sejarah tentang hubungan (interaksi) islam dengan agama-agama lain. Kata toleransi tidak ada dalam kamus Qur’an. Tiada toleransi terhadap agama lain, penindasan, kebencian terhadap wanita, tiadanya pemikiran kritis, keterbelakangan dan kemiskinan hebat merupakan ciri khas negara-negara Islam yang mengikuti Qur’an secara harafiah. Contoh yang paling jelas adalah Afghanistan.
Allah-nya islam gagal dalam segala hal dan makhluk yang gagal melulu tentunya tidak bisa dianggap sebagai Tuhan.
Allah-nya islam gagal dalam segala hal dan makhluk yang gagal melulu tentunya tidak bisa dianggap sebagai Tuhan.
Sumber: