Di tahun 570 A.D., di Mekah, Arabia, seorang janda muda bernama Aminahh melahirkan anak laki yang diberi nama olehnya Kotham (tdk ada hubungannya dng Gotham City-nya Batman. Hehee.. –adm) sesuai tradisi bangsanya. Lima puluh tahun kemudian, ketika anak laki ini hijrah ke Medina, dia akan mengganti namanya dengan nama Muhammad (yang terpuji) sebagai nama pujian diri, dan dia terkenal dengan nama itu sampai hari ini. Meskipun Muhammad adalah anak Aminah satu-satunya, tapi Aminah menyerahkan si Kotham alias si Mamad a.k.a. si Somad kepada seorang perempuan Bedouin untuk dibesarkan di padang pasir kala masih berusia 6 bulan.
Beberapa perempuan kaya Arab kadangkala menyewa perempuan lain untuk menyusui bayi mereka. Hal ini memungkinkan perempuan kaya itu untuk tidak menyusui dan bisa punya anak lagi dengan cepat. Lebih banyak anak berarti lebih tinggi status sosialnya. Tapi bukan ini yang terjadi pada Aminah janda miskin yang hanya punya satu anak untuk diurus. Abdullah, ayah Muhammad, meninggal enam bulan sebelum Muhammad lahir. Juga kebiasaan ini tidak terlalu sering dilakukan. Lihat misalnya Khadijah, istri pertama Muhammad, yang merupakan perempuan terkaya di Mekah. Dia punya tiga anak dari perkawinan sebelumnya dan tujuh anak dari perkawinannya dengan Muhammad, dan dia merawat mereka semua seorang diri. [Muhammad punya empat putri dan tiga putra. Semua anak laki meninggal waktu masih kecil. Anak-anak perempuan mencapai usia dewasa dan menikah, tapi semuanya meninggal di usia muda. Putrinya yang terkecil meninggalkan dua orang putra].
Mengapa Aminah menyerahkan anak satu-satunya untuk dibesarkan orang lain? Hanya ada sedikit keterangan bagi kita untuk mengerti tentang ibu Muhammad dan keputusan yang diambilnya.
Keterangan menarik yang menunjukkan keadaan psikologi Aminah dan hubungannya dengan bayinya adalah Aminah tidak menyusui Muhammad. Setelah Muhammad lahir, dia diserahkan kepada Thueiba, yang adalah pelayan paman Muhammad yang bernama Abu Lahab (orang yang sama yang dikutukinya di Sura 111 di Quran, sekalian juga dengan istrinya), untuk disusui. Tidak ada keterangan mengapa Aminah tidak menyusui anaknya. Yang bisa kita lakukan adalah menduga. Apakah dia mengalami tekanan bathin karena menjanda di usia mudanya? Apakah dia pikir anaknya (si mamad) merupakan halangan baginya untuk menikah lagi?
Kematian anggota keluarga dapat mengakibatkan perubahan kimiawi dalam otak yang mengakibatkan tekanan jiwa (depresi). Sebab lain yang mengakibatkan perempuan mengalami tekanan jiwa adalah: hidup sendirian, gelisah tentang keadaan janinnya, masalah perkawinan atau keuangan dan usia muda ibu. Aminah baru saja kehilangan suaminya, dia hidup sendiri, miskin, dan muda. Berdasarkan keterangan yang ada, dia tampaknya mengalami tekanan jiwa (depresi). Hal ini dapat menganggu kemampuan ibu untuk menumbuhkan ikatan bathin dengan bayinya. Juga, tekanan jiwa selama mengandung dapat pula mengakibatkan ibu mengalami tekanan jiwa berikutnya pasca melahirkan bayi (postpartum depression).
[Penelitian menunjukkan bahwa bayi yang lahir dari ibu yang menderita gejala tekanan jiwa sewaktu mengandung dan setelah melahirkan, mengalami peningkatan jumlah cortisol dan norepinephrine, rendah jumlah dopamine, dan lebih tidak simetris EEG kanan depan. Bayi yg ibunya menderita depresi sewaktu hamil menujukkan kecenderungan asimetri EED kanan depan dan lebih tinggi jumlah norepinephrine. Data ini menyatakan efek psikologi bayi tergantung lebih banyak pada keadaan jiwa ibu sewaktu mengandung daripada setelah melahirkan tapi juga tergantung dari lamanya depresi. - ncbi.nlm.nih.gov]
Beberapa penyelidikan ilmiah menunjukkan bahwa tekanan jiwa yang dialami ibu hamil dapat berakibat langsung pada janin. Bayi yang lahir biasanya menjadi cepat marah dan lamban. Bayi ini dapat tumbuh menjadi anak balita yang lamban belajar dan tidak bereaksi secara emosional, ditambah masalah kelakuan, misalnya suka melakukan kekerasan. [tentang kesehatan mental ibu dan anak, lihat disini]
Muhammad tumbuh diantara orang-orang asing. Sewaktu dia besar, dia sadar bahwa dirinya bukanlah anggota keluarga yang mengasuhnya. Dia semestinya heran mengapa ibunya, yang hanya mengunjunginya dua kali setahun, tidak menginginkannya.
Halimah adalah perempuan yang menyusui Muhammad. Enam puluh tahun berikutnya terungkap bahwa awalnya Halimahh tidak mau mengurus Muhammad karena dia anak yatim dari janda miskin. Tapi akhirnya Halimah mau mengurus Muhammad karena dia tidak mendapatkan anak dari keluarga kaya, dan keluarganya sendiri sangat butuh uang meski sedikit sekalipun. Apakah ini tampak pada cara Halimah mengurus bayi itu? Apakah Muhammad merasa tidak dikasihi di keluarga angkatnya selama tahun-tahun awal penting yang menentukan sifat (karakter) seseorang?
Halimah melaporkan bahwa Muhammad adalah anak yang penyendiri. Dia suka hidup dalam dunia khayalannya sendiri dan bercakap-cakap dengan teman khayalannya yang tidak bisa dilihat orang lain. Apakah ini reaski dari anak yang tidak dikasihi di dunia nyata sehingga dia menciptakan khayalannya sendiri untuk menghibur dirinya dan merasa dikasihi?
Kesehatan mental Muhammad mengkhawatirkan ibu asuhnya sehingga dia mengembalikan Muhammad kepada ibunya Aminah ketika berusia lima tahun. Karena masih belum punya suami baru, Aminah ragu untuk menerima kembali anaknya sampai Halimah menceritakan padanya kelakuan dan khayalan Muhammad yang aneh-aneh. Ibn Ishaq mencatat kata-kata Halimah: Ayahnya (ayah dari anak laki Halimah satu-satunya) berkata kepadaku, “Aku takut anak ini mengalami serangan jantung, maka bawalah dia kembali ke keluarganya sebelum terjadi akibat buruk.” Dia (ibu Muhammad) menanyakan padaku apa yang terjadi dan terus menggangguku sampai aku menceritakan padanya. Ketika dia bertanya apakah aku takut anaknya (Muhammad)kerasukan setan, maka kujawab iya.
[Sirat Ibn Ishaq, page 72: Ibn Ishaq (baca Is-haq, nama Arab bagi Isaac) adalah penulis sejarah Muslim, lahir di Medina kira-kira 85 tahun setelah Hijra (yakni tahun 704, dia meninggal tahun 768). (Hijra adalah pindahnya Muhammad ke Medina dan dimulainya awal penanggalan Arab), Dialah penulis pertama sejarah hidup Muhammad dan peristiwa peperangannya. Kumpulan kisahnya tentang Muhammad disebut "Sirat al-Nabi" ("Kisah Hidup sang Nabi"). Buku ini telah hilang. Akan tetapi, kumpulan tulisan Ibn Ishaq dengan catatan-catatan dari Ibn Hisham (mati tahun 834) masih tersedia dan diterjemahkan dalam bahasa Inggris. Ibn Hisham mengaku sengaja tidak menyertakan beberapa tulisan Ibn Ishaq yang dianggap memalukan kaum Muslim. Beberapa bagian kisah memalukan ini dikutip oleh Tabari (838–923) yang adalah penulis sejarah terkenal dan paling terkemuka dari Persia dan juga penulis tafsir Qur'an.]
Adalah normal bagi anak-anak untuk melihat monster di bawah tempat tidur mereka dan bicara dengan orang (sosok) khayalannya. Tapi kasus Muhammad tentunya langka dan mengkhawatirkan. Suami Halimah berkata, “Aku takut anak ini mengalami serangan jantung.” Keterangan ini penting. Bertahun-tahun kemudian, Muhammad bicara tentang pengalaman masa kecilnya yang aneh:
”Dua orang berpakaian putih datang padaku dengan baskom emas penuh salju. Mereka memegangku dan membelah tubuku dan mengambil dari dalam tubuhku gumpalan hitam yang lalu mereka buang. Lalu mereka mencuci jantung dan tubuhku dengan salju sampai murni.”
[W. Montgomery Watt: terjemahan tulisan biografi Muhammad oleh Ibn Ishaq (hal. 36)]
Sudah jelas bahwa kekotoran pikiran tidak tampak sebagai gumpalan dalam jantung. Meskipun nyatanya anak kecil tidak berdosa (innocent), dosa sendiri tidak dapat dihilangkan lewat operasi bedah dan salju bukanlah bahan pembersih yang baik. Cerita ini sudah jelas hanyalah khayalan dan halusinasi saja.
Muhammad sekarang tinggal lagi bersama ibunya, tapi ini tidak berlangsung lama. Setahun kemudian Aminah meninggal. Muhammad tidak banyak bicara tentang ibunya. Ketika Muhammad menaklukkan Mekah, lima puluh tahun setelah kematian ibunya, dia mengunjungi kuburan ibunya di Abwa yang terletak diantara Mekah dan Medinah.
Ini adalah kuburan ibuku; Tuhan mengijinkanku untuk melawatnya. Aku ingin berdoa baginya, tapi tidak dikabulkan. Maka aku memanggil ibu untuk mengenangnya dan ingatan lembut tentang dirinya menyelubungiku, dan aku menangis.
[Tabaqat Ibn Sa'd p. 21 . Ibn Sa'd (784-845) adalah ahli sejarah, murid dari al Waqidi. Dia membagi tulisannya dalam delapan bagian, dan menamakannya Tabaqat (kategori). Yang pertama adalah kisah hidup Muhammad (Vol. 1), lalu peperangannya (Vol. 2), pengikut-pengikutnya di Mekah (Vol. 3), pengikutnya di Medinah (Vol. 4), cucu-cucunya, Hassan dan Hussein dan para tokoh Muslim yang utama (Vol. 5), para pengikut dan sahabat Muhammad (Vol. 6), pengikut penting berikutnya (Vol. 7) dan beberapa tokoh Muslimah (Vol. 8 ). Kutipan-kutipan Tabaqat yang digunakan di buku ini diambil dari terjemahan dalam bahasa Persia oleh Dr. Mahmood Mahdavi Damghani. Publisher Entesharat-e Farhang va Andisheh. Tehran, 1382 solar hijra (2003 A.D.).]
Mengapa Tuhan tidak mengabulkan Muhammad berdoa bagi ibunya? Apa yang dilakukan Aminah sehingga dia tidak layak untuk dimaafkan? Ini sungguh tidak masuk akal. Sudah jelas Tuhan tidak ada hubungannya dengan hal ini. Muhammad sendirilah yang tidak bisa memaafkan ibunya, bahkan separuh abad setelah dia mati. Dia mungkin mengingatnya sebagai perempuan yang dingin dan tidak sayang anak, sehingga Muhammad tidak menyukainya dan mengalami luka bathin yang dalam dan tidak pernah sembuh.
Muhammad kemudian hidup bersama kakeknya selama dua tahun. Kakeknya yang telah ditinggal mati putranya, sangat memanjakan Muhammad. Ibn Sa’d menulis bahwa Abdul Muttalib sangat memperhatikan Muhammad lebih banyak daripada memperhatikan putra-putranya sendiri. [Tabaqat Volume 1, page 107]. Muir dalamBiography of Muhammad menulis: Anak itu dirawat dengan penuh kasih sayang olehnya. Sebuah karpet biasa dibentang di bawah bayang-bayang Ka’bah, dan di situ orang tua (kakek Muhammad) itu berbaring terlindung dari terik matahari. Di sekitar karpet, dengan jarak yang tidak jauh, duduklah putra-putranya. Muhammad kecil berlari mendekat pada kakeknya dan mengambil karpet tersebut. Putra-putranya hendak mengusirnya pergi, tapi Abdul Muttalib mencegahnya dan berkata: ‘Jangan larang putra kecilku.’ Dia lalu mengelus punggungnya karena merasa girang melihat tingkah lakunya yang kekanakan. Anak laki ini masih diurus ibu asuhnya yang bernama Baraka, tapi Muhammad selalu lari darinya dan pergi ke tempat tinggal kakeknya, bahkan jika dia sedang sendirian dan tidur.
[The Life of Muhammad by Sir. William Muir Volume II Ch. 1. P. XXVIII]
Muhammad ingat perlakuan penuh kasih sayang yang diterimanya dari Abdul Muttalib. Sambil tak lupa membumbui dengan khayalannya sendiri, dia di kemudian hari berkisah bahwa kakeknya biasa berkata, Biarkan dia karena dia punya nasib yang hebat, dan akan menjadi pewaris kerajaan; dan berkata pada Baraka, “Awas, jangan sampai dia jatuh ke tangan orang Yahudi dan Kristen, karena mereka mencarinya dan akan melukainya!” [Katib al Waqidi, p. 22] Akan tetapi, tiada seorang pun yang ingat perkataan ini karena sebenarnya para pamannya tidak percaya perkataannya, kecuali Hamza yang berusia sebaya dengan Muhammad. Abbas juga di kemudian hari bergabung dengan Muhammad, tapi itu terjadi setelah bintang Muhammad bersinar dan dia beserta pasukannya berada di depan Mekah untuk siap menyerang.
Nasib sekali lagi tidak berpihak pada Muhammad. Hanya dua tahun setelah dia hidup bersama kakeknya, sang kakek meninggal dunia di usia delapan puluh dua tahun dan Muhammad lalu diasuh oleh pamannya Abu Talib.
Muhammad merasa sedih karena kehilangan kakek yang mengasihinya. Ketika dia berada di penguburan jenazah di Hajun, dia menangis. Bertahun-tahun kemudian dia masih mengenang kakeknya.
Abu Talib mengasuh Muhammad dengan penuh kasih pula. Kasih sayangnya pada Muhammad sama besarnya seperti kasih sayang Abdul Muttalib padanya, tulis Muir. Dia mengijinkannya tidur di atas ranjangnya, makan di sisinya, dan pergi bersamanya ke luar negeri. Dia terus memperlakukan Muhammad dengan lembut sampai Muhammad dewasa. [Tabaqat Vol I., hal. 108] Ibn Sa’d mengutip Waqidi yang mengisahkan bahwa Abu Talib, meskipun tidak kaya, mengasuh Muhammad dan mencintainya lebih dari anak sendiri.
Karena kehilangan orang-orang yang dikasihinya secara berturut-turut di masa kecilnya, Muhammad takut ditinggalkan dan kejadian ini tentunya berdampak emosi kuat. Hal ini tampak jelas dalam kejadian di waktu dia berusia 12 tahun. Suatu hari, Abu Talib hendak pergi ke Syria untuk berdagang. Dia tidak membawa Muhammad pergi. Tapi ketika kafilah sudah siap berangkat, dan Abu Talib siap menaiki untanya, keponakannya yang tidak mau ditinggal lama memeluknya erat-erat. Abu Talib terharu dan membawa dia pergi bersamanya. [The Life of Muhammad by Sir. William Muir Vol. II Ch. 1. P. XXXIII] Eratnya hubungan Muhammad dan pamannya menunjukkan Muhammad selalu takut (trauma) kehilangan orang-orang yang dikasihinya.
Meskipun Abu Talib merawatnya dengan penuh kasih dan terus membela Muhammad sampai ajal, mengasihinya lebih dari anak sendiri, pada akhirnya Muhammad terbukti sebagai keponakan yang tak tahu terima kasih. Ketika pamannya hampir ajal di ranjang, Muhammad menengoknya. Semua putra-putra Abu Muttalib juga ada di situ. Abu Talib selalu memikirkan kebaikan bagi Muhammad dan dia meminta dengan tulus pada saudara-saudara lakinya untuk melindungi Muhammad yang sekarang berusia 53 tahun. Mereka berjanji untuk melakukannya, termasuk Abu Lahab, yang dikutuki Muhammad dalam Quran. Setelah itu Muhammad meminta pamannya masuk Islam.
Muhammad sadar bahwa para pengikutnya adalah orang-orang lemah dari kalangan rendah. Untuk mendongkrak keberadaannya, dia butuh orang berpengaruh masuk Islam. Ibn Ishaq menulis: Ketika orang-orang datang di perayaan-perayaan, atau ketika sang rasul mendengar ada orang penting yang hendak berkunjung ke Mekah, dia akan mendatangi orang itu dan menyampaikan pesannya. [Sirat, Ibn Ishaq page. 195]. Tulisan sejarah juga mengisahkan pada kita bahwa Muhammad sangat girang luar biasa ketika Abu Bakr dan Omar menjadi pengikutnya. Jika Abu Talib bersedia masuk Islam, maka Muhammad akan tampak lebih terhormat diantara para pamannya dan masyarakat Quraish. Suku Qurasih adalah suku Arab yang tinggal di Mekah dan penjaga bangunan Kaabah. Muhammad sangat butuh pengakuan kebenaran agamanya dari Abu Talib. Akan tetapi sang paman tersenyum dan berkata bahwa dia lebih memilih mati dengan agama kakek moyangnya. Maka punahlah harapan Muhammad. Dia lalu meninggalkan ruangan sambil ngedumel berkata: Aku ingin berdoa baginya, tapi auwloh melarangku.
Sukar dipercaya bahwa auwloh melarang nabinya meminta ampun bagi orang yang membesarkannya, melindunginya sampai ajal, dan berkorban begitu banyak baginya. Kalau memang Tuhan berbuat demikian, hal ini akan menurunkan derajat Tuhan sedemikian rupa sehingga tak layak disembah. Pengorbanan Abu Talib dan keluarganya demi kepentingan Muhammad sangatlah banyak. Meskipun tidak percaya akan Islam, Abu Talib berdiri bagaikan batu tegar menghadapi seluruh rakyat Quraish untuk membela Muhammad dari segala ancaman yang ada dan selama 38 tahun dia terus membela Muhammad tanpa henti. Meskipun begitu, Muhammad bukanlah keponakan yang tahu balas budi. Ketika Abu Talib tidak mau masuk Islam, Muhammad merasa begitu ditolak sehingga dia tidak mau mendoakan pamannya yang hampir ajal.
Tidak banyak yang terjadi di masa muda Muhammad dan tidak ada hal yang dianggap penting dicatat oleh penulis kisah hidupnya. Dia dikabarkan adalah orang yang pemalu, pendiam dan tidak terlalu suka berhubungan sosial. Meskipun disayang dan dimanja pamannya, Muhammad tetap peka dengan statusnya sebagai anak yatim piatu. Kenangan masa kecil yang sepi dan tanpa kasih terus menghantui sepanjang hidupnya.
Tahun-tahun berlalu. Muhammad tetap saja suka menyendiri dan lebih memilih hidup di dunianya sendiri, bahkan jauh dari orang-orang yang dikenalnya. Bukhari menulis bahwa Muhammad lebih pemalu daripada perawan perempuan bercadar [Bukhari: Volume 4, Book 56, Number 762:]. Dia tetap saja begitu seumur hidupnya, tidak percaya diri dan pemalu. Dia berusaha mengatasinya dengan membesarkan, menyombongkan dan memuja-muja diri sendiri.
[Abu Abdullah Muhammad Bukhari (c. 810-870) adalah seorang pengumpul hadis atau sunnah, (kumpulan perkataan dan perbuatan Muhammad). Buku kumpulan hadisnya dianggap paling terkemuka. Dia menghabiskan waktu enambelas tahun untuk mengumpulkannya, dan berhasil mendapat 2.602 hadis (9.082 hadis yang diulang isinya oleh sumber pencerita lain). Persyaratan yang ditetapkannya untuk menentukan keaslian hadis sangat ketat dan karenanya kumpulan hadisnya disebut Sahih (tepat, benar). Ada dua ilmuwan Islam lainnya yakni Abul Husain Muslim dan Abu Dawood yang bekerja dengan cara sama seperti Bukhari dalam mengumpulkan hadis. Sahih Bukhari, Sahih Muslim and Sunnan Abu Dawood diakui oleh masyarakat Muslim pada umumnya, terutama Muslmi Sunni, sebagai literatur tambahan bagi Quran.]
Muhammad tidak melakukan pekerjaan apapun yang penting. Saat-saat tertentu dia menggembalakan kambing, dan ini sebenarnya adalah pekerjaan kaum perempuan di budaya Arab dan dianggap bukan kerjaan lelaki oleh orang-orang Arab. Bayarannya rendah dan dia bergantung pada kemurahan hati pamannya.
Muhammad menyerang dengan agresif beberapa kelompok orang di sekelilingnya. Salah satu kelompok ini adalah orang Yahudi dari Khaibar. Muhammad percaya Tuhan yang membawanya menyerang Khaibar. Setelah Khaibar ditaklukkan, orang Yahudi diperbudakkan, dibunuh atau dibiarkan hidup di sana asalkan mereka memberi para Muslim separuh dari apa yang mereka hasilkan. Salah satu tindakan Muhammad yang paling keji adalah terhadap seorang tawanan bernama Kinana. Kinana adalah salah seorang pemimpin di Khaibar. Muhammad ingin dia mengungkapkan di mana harta yang terkubur disembunyikan. Kinana menolak. Muhammad lalu menyiksanya hingga hampir mati, lalu memerintahkan pemenggalan kepalanya.
Pada halaman 515 dari “The Life of Muhammad,” yang merupakan terjemahan dari buku Ibn Ishaq ‘Sirat Rasul Allah’ (Kehidupan Rasul Allah), kejadian penaklukan Khaibar ini diperinci. Kejadian ini terjadi sekitar 3 tahun sebelum kematian Muhamad akibat keracunan. Khaibar adalah wilayah pemukiman Yahudi yang besar, sekitar 95 mile di utara Medina. Orang Yahudi di sana umumnya petani. Khaibar terkenal akan kurma-kurmanya yang terbaik di daerah itu. Orang Yahudi di sana kaya-kaya karena mereka bekerja keras dan berhasil karenanya.
Sebelum penaklukan Muhammad akan Khaibar, dia baru saja dihentikan orang Mekka dalam usahanya naik haji ke Mekka. Di luar Mekka, dia juga telah menandatangani perjanjian yang mempermalukannya dihadapan orang Mekka, perjanjian yang tidak disukai beberapa pengikut utamanya. Untuk menenangkan mereka, Muhammad lalu mengakui telah menerima wahyu bahwa Tuhan akan memberi mereka harta milik orang Yahudi di Khaibar (sbg kompensasi). Enam minggu kemudian, dia pun menyerang Khaibar dengan tujuan untuk menaklukannya dan merampoknya.
Biographi tertua tentang Muhammad disebut ‘Sirat Rasulallah’ Kehidupan Nabi Allah. Buku ini ditulis oleh Ibn Ishaq, seorang cendekiawaan Islam yang taat, yang kemudian direvisi oleh Ibn Hisham. Buku ini ditulis sebelum adanya usaha pengumpulan Hadist besar-besaran, dan dianggap sebagai biographi Muhammad yang paling otentik. Terjemahannya dalam bahasa Inggris oleh A. Guillaume dikenal dengan “The Life of Muhammad.”
Halaman 515 :
"Kinana al-Rabi, yang dipercayai untuk menangani harta kekayaan (bendahara) Banu Nadir, dibawa menghadap nabi yang menanyai dia tentang hal itu. Dia membantah tahu di mana harta itu. Seorang Yahudi datang (menurut Tabari dibawa menghadap) kepada nabi dan berkata bahwa dia telah melihat Kinana pergi ke satu reruntuhan pagi-pagi setiap hari. Ketika nabi bertanya pada Kinana, “Tahukah kamu jika kami menemukannya kamu akan aku bunuh?” dia menjawab, “Ya.” Nabi lalu memerintahkan agar reruntuhan itu digali dan beberapa dari harta kekayaan ditemukan. Ketika dia (nabi) menanyakannya (Kinana) tentang harta lainnya, dia menolak mengungkapkannya, maka nabi memberi perintah kepada al-Zubayr Al-Awwam, "Siksa dia hingga kamu dapat apa yang dia punya." Lalu dia menyalakan api dengan batu keras dan baja di dadanya hingga dia hampir mati. Lalu nabi menyerahkannya kepada Muhammad bin Maslama dan dia penggal kepalanya, sebagai balas dendam bagi saudara lelakinya Mahmud.
Menurut saya, perintah Muhammad untuk menyiksa Kinana untuk mendapatkan harta tertimbun adalah sama seperti yang dilakukan para penjahat untuk mendapatkan uang dan harta milik orang. Saya bayangkan anggota gang mafia memukul orang atau menyiksa mereka supaya mereka berbicara. “Bicaralah! Katakan dimana uangnya! Atau akan kami bikin tambah tersiksa!”
Di sini, Muhammad memerintahkan supaya seorang lelaki disiksa untuk buka mulut! Akhirnya, setelah dia hampir mati, Muhammad memerintahkan agar kepalanya ditebas.
PERTANYAAN:
1) Renungkan kata-kata Muhammad, “Siksa dia hingga kau dapatkan apa yang dia punya.” Ini adalah tindakan nabi Islam ketika dia punya kekuasaan dengan pedang. Manusia macam apakah nabi Islam ini? Bagaimana perasaan anda jika anda menonton laporan berita dan mendengar ini terjadi di kampung anda?
2) Muslim mengeluh tentang apa yang dilakukan orang Serbia terhadap Muslim di Bosnia, dan saya setuju dengan Muslim-muslim itu. Tetapi siapa saja yang mempelajari kelakuan Muhammad ini akan melihat bahwa Muhammad melakukan hal yang sama kejinya kepada orang-orang. Jika di zaman sekarang Muslim merasa berhak mengecam kelakuan orang Serbia di Bosnia, tidakkah mereka seharusnya juga merasa bahwa tindakan Muhammad mesti dikecam pula? [ayo dong kawan muslimku, fair dong. Nabi kalian kan juga sadis banget; entah bagaimana atau apapun alasan orang muslim. Si mamad nabi kalian itu emang psychopat sadis! -adm]
3) Berapa rampokan akan cukup? Muhammad telah mendapatkan harta kekayaan hasil jarahan di Khaibar. Tidak diragukan lagi dia telah mendapat banyak kekayaan. Mestikah dia lakukan lagi apa yang telah dilakukannya terhadap Kinana?
4) Dengan contoh teladan yang diberikan Muhammad dalam perampokan, perbudakan, penyiksaan dan pembunuhan ini, apakah mengherankan jika hal-hal serupa sekarang terjadi di dunia Muslim? Kita semua tahu apa yang terjadi di Algeria, Afghanistan, Pakistan, Mesir, Mali, Darfur, Poso (Indonesia) dan Mauritania. Keganasan-keganasan itu tidak dilakukan oleh kelompok narkoba, atau mafia, atau bahkan kelompok revolusi politk, tetapi oleh Muslim yang taat. Muslim-muslim ini ingin menegakkan Islam mereka, seperti yang dilakukan Muhammad. Karena itu mereka percaya mereka berhak melakukan apa yang telah dilakukan Muhammad. Ingatlah, Muslim diwajibkan mengikuti teladan cara hidup Muhammad atau apa yang disebut ‘Sunnah.’ Jika Muhammad diperbolehkan melakukan penyiksaan dan pembunuhan terhadap manusia, hanya untuk mendapat uang, maka Muslim zaman sekarang pun boleh melakukan hal yang sama. Inikah yang Muslim inginkan sebagai landasan pembangunan masyarakat?
5) Muslim yang memutuskan mengikuti Muhammad, memilih untuk menghalalkan dan mendukung perbuatan jahatnya. Mengapa mempercayakan kehidupan abadi, surga atau neraka, di tangan seseorang seperti Muhammad? Inikah orang yang kepadanya anda rela mempertaruhkan hidup keabadian anda? [monggo saja... saya mah masih punya hati nurani dan otak rasional pemberian Tuhan (Tuhan yg asli lho, bukan dewa islam bernama auwloh itu) untuk mampu membedakan mana yang jahat dan yang baik].
KESIMPULAN
Tindakan Muhammad di sini adalah tindakan dosa yg jahat. Dipacu oleh ketamakan dan kebencian. Tindakan-tindakan ini bukanlah tindakan seorang nabi Tuhan yang sejati, melainkan kelakukan seorang yang berkeras melakukan apa yang dia mau dan memuaskan nafsunya sendiri dengan memanipulasi orang lain melalui dewa khayalannya bernama auwloh.
Ketamakan Muhammad mendorongnya melakukan hal-hal jahat; menyiksa, kemudian membunuh seorang manusia, hanya untuk memperoleh uang (harta).
Beberapa perempuan kaya Arab kadangkala menyewa perempuan lain untuk menyusui bayi mereka. Hal ini memungkinkan perempuan kaya itu untuk tidak menyusui dan bisa punya anak lagi dengan cepat. Lebih banyak anak berarti lebih tinggi status sosialnya. Tapi bukan ini yang terjadi pada Aminah janda miskin yang hanya punya satu anak untuk diurus. Abdullah, ayah Muhammad, meninggal enam bulan sebelum Muhammad lahir. Juga kebiasaan ini tidak terlalu sering dilakukan. Lihat misalnya Khadijah, istri pertama Muhammad, yang merupakan perempuan terkaya di Mekah. Dia punya tiga anak dari perkawinan sebelumnya dan tujuh anak dari perkawinannya dengan Muhammad, dan dia merawat mereka semua seorang diri. [Muhammad punya empat putri dan tiga putra. Semua anak laki meninggal waktu masih kecil. Anak-anak perempuan mencapai usia dewasa dan menikah, tapi semuanya meninggal di usia muda. Putrinya yang terkecil meninggalkan dua orang putra].
Mengapa Aminah menyerahkan anak satu-satunya untuk dibesarkan orang lain? Hanya ada sedikit keterangan bagi kita untuk mengerti tentang ibu Muhammad dan keputusan yang diambilnya.
Keterangan menarik yang menunjukkan keadaan psikologi Aminah dan hubungannya dengan bayinya adalah Aminah tidak menyusui Muhammad. Setelah Muhammad lahir, dia diserahkan kepada Thueiba, yang adalah pelayan paman Muhammad yang bernama Abu Lahab (orang yang sama yang dikutukinya di Sura 111 di Quran, sekalian juga dengan istrinya), untuk disusui. Tidak ada keterangan mengapa Aminah tidak menyusui anaknya. Yang bisa kita lakukan adalah menduga. Apakah dia mengalami tekanan bathin karena menjanda di usia mudanya? Apakah dia pikir anaknya (si mamad) merupakan halangan baginya untuk menikah lagi?
Kematian anggota keluarga dapat mengakibatkan perubahan kimiawi dalam otak yang mengakibatkan tekanan jiwa (depresi). Sebab lain yang mengakibatkan perempuan mengalami tekanan jiwa adalah: hidup sendirian, gelisah tentang keadaan janinnya, masalah perkawinan atau keuangan dan usia muda ibu. Aminah baru saja kehilangan suaminya, dia hidup sendiri, miskin, dan muda. Berdasarkan keterangan yang ada, dia tampaknya mengalami tekanan jiwa (depresi). Hal ini dapat menganggu kemampuan ibu untuk menumbuhkan ikatan bathin dengan bayinya. Juga, tekanan jiwa selama mengandung dapat pula mengakibatkan ibu mengalami tekanan jiwa berikutnya pasca melahirkan bayi (postpartum depression).
[Penelitian menunjukkan bahwa bayi yang lahir dari ibu yang menderita gejala tekanan jiwa sewaktu mengandung dan setelah melahirkan, mengalami peningkatan jumlah cortisol dan norepinephrine, rendah jumlah dopamine, dan lebih tidak simetris EEG kanan depan. Bayi yg ibunya menderita depresi sewaktu hamil menujukkan kecenderungan asimetri EED kanan depan dan lebih tinggi jumlah norepinephrine. Data ini menyatakan efek psikologi bayi tergantung lebih banyak pada keadaan jiwa ibu sewaktu mengandung daripada setelah melahirkan tapi juga tergantung dari lamanya depresi. - ncbi.nlm.nih.gov]
Beberapa penyelidikan ilmiah menunjukkan bahwa tekanan jiwa yang dialami ibu hamil dapat berakibat langsung pada janin. Bayi yang lahir biasanya menjadi cepat marah dan lamban. Bayi ini dapat tumbuh menjadi anak balita yang lamban belajar dan tidak bereaksi secara emosional, ditambah masalah kelakuan, misalnya suka melakukan kekerasan. [tentang kesehatan mental ibu dan anak, lihat disini]
Muhammad tumbuh diantara orang-orang asing. Sewaktu dia besar, dia sadar bahwa dirinya bukanlah anggota keluarga yang mengasuhnya. Dia semestinya heran mengapa ibunya, yang hanya mengunjunginya dua kali setahun, tidak menginginkannya.
Halimah adalah perempuan yang menyusui Muhammad. Enam puluh tahun berikutnya terungkap bahwa awalnya Halimahh tidak mau mengurus Muhammad karena dia anak yatim dari janda miskin. Tapi akhirnya Halimah mau mengurus Muhammad karena dia tidak mendapatkan anak dari keluarga kaya, dan keluarganya sendiri sangat butuh uang meski sedikit sekalipun. Apakah ini tampak pada cara Halimah mengurus bayi itu? Apakah Muhammad merasa tidak dikasihi di keluarga angkatnya selama tahun-tahun awal penting yang menentukan sifat (karakter) seseorang?
Halimah melaporkan bahwa Muhammad adalah anak yang penyendiri. Dia suka hidup dalam dunia khayalannya sendiri dan bercakap-cakap dengan teman khayalannya yang tidak bisa dilihat orang lain. Apakah ini reaski dari anak yang tidak dikasihi di dunia nyata sehingga dia menciptakan khayalannya sendiri untuk menghibur dirinya dan merasa dikasihi?
Kesehatan mental Muhammad mengkhawatirkan ibu asuhnya sehingga dia mengembalikan Muhammad kepada ibunya Aminah ketika berusia lima tahun. Karena masih belum punya suami baru, Aminah ragu untuk menerima kembali anaknya sampai Halimah menceritakan padanya kelakuan dan khayalan Muhammad yang aneh-aneh. Ibn Ishaq mencatat kata-kata Halimah: Ayahnya (ayah dari anak laki Halimah satu-satunya) berkata kepadaku, “Aku takut anak ini mengalami serangan jantung, maka bawalah dia kembali ke keluarganya sebelum terjadi akibat buruk.” Dia (ibu Muhammad) menanyakan padaku apa yang terjadi dan terus menggangguku sampai aku menceritakan padanya. Ketika dia bertanya apakah aku takut anaknya (Muhammad)kerasukan setan, maka kujawab iya.
[Sirat Ibn Ishaq, page 72: Ibn Ishaq (baca Is-haq, nama Arab bagi Isaac) adalah penulis sejarah Muslim, lahir di Medina kira-kira 85 tahun setelah Hijra (yakni tahun 704, dia meninggal tahun 768). (Hijra adalah pindahnya Muhammad ke Medina dan dimulainya awal penanggalan Arab), Dialah penulis pertama sejarah hidup Muhammad dan peristiwa peperangannya. Kumpulan kisahnya tentang Muhammad disebut "Sirat al-Nabi" ("Kisah Hidup sang Nabi"). Buku ini telah hilang. Akan tetapi, kumpulan tulisan Ibn Ishaq dengan catatan-catatan dari Ibn Hisham (mati tahun 834) masih tersedia dan diterjemahkan dalam bahasa Inggris. Ibn Hisham mengaku sengaja tidak menyertakan beberapa tulisan Ibn Ishaq yang dianggap memalukan kaum Muslim. Beberapa bagian kisah memalukan ini dikutip oleh Tabari (838–923) yang adalah penulis sejarah terkenal dan paling terkemuka dari Persia dan juga penulis tafsir Qur'an.]
Adalah normal bagi anak-anak untuk melihat monster di bawah tempat tidur mereka dan bicara dengan orang (sosok) khayalannya. Tapi kasus Muhammad tentunya langka dan mengkhawatirkan. Suami Halimah berkata, “Aku takut anak ini mengalami serangan jantung.” Keterangan ini penting. Bertahun-tahun kemudian, Muhammad bicara tentang pengalaman masa kecilnya yang aneh:
”Dua orang berpakaian putih datang padaku dengan baskom emas penuh salju. Mereka memegangku dan membelah tubuku dan mengambil dari dalam tubuhku gumpalan hitam yang lalu mereka buang. Lalu mereka mencuci jantung dan tubuhku dengan salju sampai murni.”
[W. Montgomery Watt: terjemahan tulisan biografi Muhammad oleh Ibn Ishaq (hal. 36)]
Sudah jelas bahwa kekotoran pikiran tidak tampak sebagai gumpalan dalam jantung. Meskipun nyatanya anak kecil tidak berdosa (innocent), dosa sendiri tidak dapat dihilangkan lewat operasi bedah dan salju bukanlah bahan pembersih yang baik. Cerita ini sudah jelas hanyalah khayalan dan halusinasi saja.
Muhammad sekarang tinggal lagi bersama ibunya, tapi ini tidak berlangsung lama. Setahun kemudian Aminah meninggal. Muhammad tidak banyak bicara tentang ibunya. Ketika Muhammad menaklukkan Mekah, lima puluh tahun setelah kematian ibunya, dia mengunjungi kuburan ibunya di Abwa yang terletak diantara Mekah dan Medinah.
Ini adalah kuburan ibuku; Tuhan mengijinkanku untuk melawatnya. Aku ingin berdoa baginya, tapi tidak dikabulkan. Maka aku memanggil ibu untuk mengenangnya dan ingatan lembut tentang dirinya menyelubungiku, dan aku menangis.
[Tabaqat Ibn Sa'd p. 21 . Ibn Sa'd (784-845) adalah ahli sejarah, murid dari al Waqidi. Dia membagi tulisannya dalam delapan bagian, dan menamakannya Tabaqat (kategori). Yang pertama adalah kisah hidup Muhammad (Vol. 1), lalu peperangannya (Vol. 2), pengikut-pengikutnya di Mekah (Vol. 3), pengikutnya di Medinah (Vol. 4), cucu-cucunya, Hassan dan Hussein dan para tokoh Muslim yang utama (Vol. 5), para pengikut dan sahabat Muhammad (Vol. 6), pengikut penting berikutnya (Vol. 7) dan beberapa tokoh Muslimah (Vol. 8 ). Kutipan-kutipan Tabaqat yang digunakan di buku ini diambil dari terjemahan dalam bahasa Persia oleh Dr. Mahmood Mahdavi Damghani. Publisher Entesharat-e Farhang va Andisheh. Tehran, 1382 solar hijra (2003 A.D.).]
Mengapa Tuhan tidak mengabulkan Muhammad berdoa bagi ibunya? Apa yang dilakukan Aminah sehingga dia tidak layak untuk dimaafkan? Ini sungguh tidak masuk akal. Sudah jelas Tuhan tidak ada hubungannya dengan hal ini. Muhammad sendirilah yang tidak bisa memaafkan ibunya, bahkan separuh abad setelah dia mati. Dia mungkin mengingatnya sebagai perempuan yang dingin dan tidak sayang anak, sehingga Muhammad tidak menyukainya dan mengalami luka bathin yang dalam dan tidak pernah sembuh.
Muhammad kemudian hidup bersama kakeknya selama dua tahun. Kakeknya yang telah ditinggal mati putranya, sangat memanjakan Muhammad. Ibn Sa’d menulis bahwa Abdul Muttalib sangat memperhatikan Muhammad lebih banyak daripada memperhatikan putra-putranya sendiri. [Tabaqat Volume 1, page 107]. Muir dalamBiography of Muhammad menulis: Anak itu dirawat dengan penuh kasih sayang olehnya. Sebuah karpet biasa dibentang di bawah bayang-bayang Ka’bah, dan di situ orang tua (kakek Muhammad) itu berbaring terlindung dari terik matahari. Di sekitar karpet, dengan jarak yang tidak jauh, duduklah putra-putranya. Muhammad kecil berlari mendekat pada kakeknya dan mengambil karpet tersebut. Putra-putranya hendak mengusirnya pergi, tapi Abdul Muttalib mencegahnya dan berkata: ‘Jangan larang putra kecilku.’ Dia lalu mengelus punggungnya karena merasa girang melihat tingkah lakunya yang kekanakan. Anak laki ini masih diurus ibu asuhnya yang bernama Baraka, tapi Muhammad selalu lari darinya dan pergi ke tempat tinggal kakeknya, bahkan jika dia sedang sendirian dan tidur.
[The Life of Muhammad by Sir. William Muir Volume II Ch. 1. P. XXVIII]
Muhammad ingat perlakuan penuh kasih sayang yang diterimanya dari Abdul Muttalib. Sambil tak lupa membumbui dengan khayalannya sendiri, dia di kemudian hari berkisah bahwa kakeknya biasa berkata, Biarkan dia karena dia punya nasib yang hebat, dan akan menjadi pewaris kerajaan; dan berkata pada Baraka, “Awas, jangan sampai dia jatuh ke tangan orang Yahudi dan Kristen, karena mereka mencarinya dan akan melukainya!” [Katib al Waqidi, p. 22] Akan tetapi, tiada seorang pun yang ingat perkataan ini karena sebenarnya para pamannya tidak percaya perkataannya, kecuali Hamza yang berusia sebaya dengan Muhammad. Abbas juga di kemudian hari bergabung dengan Muhammad, tapi itu terjadi setelah bintang Muhammad bersinar dan dia beserta pasukannya berada di depan Mekah untuk siap menyerang.
Nasib sekali lagi tidak berpihak pada Muhammad. Hanya dua tahun setelah dia hidup bersama kakeknya, sang kakek meninggal dunia di usia delapan puluh dua tahun dan Muhammad lalu diasuh oleh pamannya Abu Talib.
Muhammad merasa sedih karena kehilangan kakek yang mengasihinya. Ketika dia berada di penguburan jenazah di Hajun, dia menangis. Bertahun-tahun kemudian dia masih mengenang kakeknya.
Abu Talib mengasuh Muhammad dengan penuh kasih pula. Kasih sayangnya pada Muhammad sama besarnya seperti kasih sayang Abdul Muttalib padanya, tulis Muir. Dia mengijinkannya tidur di atas ranjangnya, makan di sisinya, dan pergi bersamanya ke luar negeri. Dia terus memperlakukan Muhammad dengan lembut sampai Muhammad dewasa. [Tabaqat Vol I., hal. 108] Ibn Sa’d mengutip Waqidi yang mengisahkan bahwa Abu Talib, meskipun tidak kaya, mengasuh Muhammad dan mencintainya lebih dari anak sendiri.
Karena kehilangan orang-orang yang dikasihinya secara berturut-turut di masa kecilnya, Muhammad takut ditinggalkan dan kejadian ini tentunya berdampak emosi kuat. Hal ini tampak jelas dalam kejadian di waktu dia berusia 12 tahun. Suatu hari, Abu Talib hendak pergi ke Syria untuk berdagang. Dia tidak membawa Muhammad pergi. Tapi ketika kafilah sudah siap berangkat, dan Abu Talib siap menaiki untanya, keponakannya yang tidak mau ditinggal lama memeluknya erat-erat. Abu Talib terharu dan membawa dia pergi bersamanya. [The Life of Muhammad by Sir. William Muir Vol. II Ch. 1. P. XXXIII] Eratnya hubungan Muhammad dan pamannya menunjukkan Muhammad selalu takut (trauma) kehilangan orang-orang yang dikasihinya.
Meskipun Abu Talib merawatnya dengan penuh kasih dan terus membela Muhammad sampai ajal, mengasihinya lebih dari anak sendiri, pada akhirnya Muhammad terbukti sebagai keponakan yang tak tahu terima kasih. Ketika pamannya hampir ajal di ranjang, Muhammad menengoknya. Semua putra-putra Abu Muttalib juga ada di situ. Abu Talib selalu memikirkan kebaikan bagi Muhammad dan dia meminta dengan tulus pada saudara-saudara lakinya untuk melindungi Muhammad yang sekarang berusia 53 tahun. Mereka berjanji untuk melakukannya, termasuk Abu Lahab, yang dikutuki Muhammad dalam Quran. Setelah itu Muhammad meminta pamannya masuk Islam.
Muhammad sadar bahwa para pengikutnya adalah orang-orang lemah dari kalangan rendah. Untuk mendongkrak keberadaannya, dia butuh orang berpengaruh masuk Islam. Ibn Ishaq menulis: Ketika orang-orang datang di perayaan-perayaan, atau ketika sang rasul mendengar ada orang penting yang hendak berkunjung ke Mekah, dia akan mendatangi orang itu dan menyampaikan pesannya. [Sirat, Ibn Ishaq page. 195]. Tulisan sejarah juga mengisahkan pada kita bahwa Muhammad sangat girang luar biasa ketika Abu Bakr dan Omar menjadi pengikutnya. Jika Abu Talib bersedia masuk Islam, maka Muhammad akan tampak lebih terhormat diantara para pamannya dan masyarakat Quraish. Suku Qurasih adalah suku Arab yang tinggal di Mekah dan penjaga bangunan Kaabah. Muhammad sangat butuh pengakuan kebenaran agamanya dari Abu Talib. Akan tetapi sang paman tersenyum dan berkata bahwa dia lebih memilih mati dengan agama kakek moyangnya. Maka punahlah harapan Muhammad. Dia lalu meninggalkan ruangan sambil ngedumel berkata: Aku ingin berdoa baginya, tapi auwloh melarangku.
Sukar dipercaya bahwa auwloh melarang nabinya meminta ampun bagi orang yang membesarkannya, melindunginya sampai ajal, dan berkorban begitu banyak baginya. Kalau memang Tuhan berbuat demikian, hal ini akan menurunkan derajat Tuhan sedemikian rupa sehingga tak layak disembah. Pengorbanan Abu Talib dan keluarganya demi kepentingan Muhammad sangatlah banyak. Meskipun tidak percaya akan Islam, Abu Talib berdiri bagaikan batu tegar menghadapi seluruh rakyat Quraish untuk membela Muhammad dari segala ancaman yang ada dan selama 38 tahun dia terus membela Muhammad tanpa henti. Meskipun begitu, Muhammad bukanlah keponakan yang tahu balas budi. Ketika Abu Talib tidak mau masuk Islam, Muhammad merasa begitu ditolak sehingga dia tidak mau mendoakan pamannya yang hampir ajal.
Tidak banyak yang terjadi di masa muda Muhammad dan tidak ada hal yang dianggap penting dicatat oleh penulis kisah hidupnya. Dia dikabarkan adalah orang yang pemalu, pendiam dan tidak terlalu suka berhubungan sosial. Meskipun disayang dan dimanja pamannya, Muhammad tetap peka dengan statusnya sebagai anak yatim piatu. Kenangan masa kecil yang sepi dan tanpa kasih terus menghantui sepanjang hidupnya.
Tahun-tahun berlalu. Muhammad tetap saja suka menyendiri dan lebih memilih hidup di dunianya sendiri, bahkan jauh dari orang-orang yang dikenalnya. Bukhari menulis bahwa Muhammad lebih pemalu daripada perawan perempuan bercadar [Bukhari: Volume 4, Book 56, Number 762:]. Dia tetap saja begitu seumur hidupnya, tidak percaya diri dan pemalu. Dia berusaha mengatasinya dengan membesarkan, menyombongkan dan memuja-muja diri sendiri.
[Abu Abdullah Muhammad Bukhari (c. 810-870) adalah seorang pengumpul hadis atau sunnah, (kumpulan perkataan dan perbuatan Muhammad). Buku kumpulan hadisnya dianggap paling terkemuka. Dia menghabiskan waktu enambelas tahun untuk mengumpulkannya, dan berhasil mendapat 2.602 hadis (9.082 hadis yang diulang isinya oleh sumber pencerita lain). Persyaratan yang ditetapkannya untuk menentukan keaslian hadis sangat ketat dan karenanya kumpulan hadisnya disebut Sahih (tepat, benar). Ada dua ilmuwan Islam lainnya yakni Abul Husain Muslim dan Abu Dawood yang bekerja dengan cara sama seperti Bukhari dalam mengumpulkan hadis. Sahih Bukhari, Sahih Muslim and Sunnan Abu Dawood diakui oleh masyarakat Muslim pada umumnya, terutama Muslmi Sunni, sebagai literatur tambahan bagi Quran.]
Muhammad tidak melakukan pekerjaan apapun yang penting. Saat-saat tertentu dia menggembalakan kambing, dan ini sebenarnya adalah pekerjaan kaum perempuan di budaya Arab dan dianggap bukan kerjaan lelaki oleh orang-orang Arab. Bayarannya rendah dan dia bergantung pada kemurahan hati pamannya.
INILAH "MUHAMMAD KECIL YG LUAR BIASA"
SETELAH MENJADI "ORANG DEWASA"
SETELAH MENJADI "ORANG DEWASA"
Muhammad menyerang dengan agresif beberapa kelompok orang di sekelilingnya. Salah satu kelompok ini adalah orang Yahudi dari Khaibar. Muhammad percaya Tuhan yang membawanya menyerang Khaibar. Setelah Khaibar ditaklukkan, orang Yahudi diperbudakkan, dibunuh atau dibiarkan hidup di sana asalkan mereka memberi para Muslim separuh dari apa yang mereka hasilkan. Salah satu tindakan Muhammad yang paling keji adalah terhadap seorang tawanan bernama Kinana. Kinana adalah salah seorang pemimpin di Khaibar. Muhammad ingin dia mengungkapkan di mana harta yang terkubur disembunyikan. Kinana menolak. Muhammad lalu menyiksanya hingga hampir mati, lalu memerintahkan pemenggalan kepalanya.
Pada halaman 515 dari “The Life of Muhammad,” yang merupakan terjemahan dari buku Ibn Ishaq ‘Sirat Rasul Allah’ (Kehidupan Rasul Allah), kejadian penaklukan Khaibar ini diperinci. Kejadian ini terjadi sekitar 3 tahun sebelum kematian Muhamad akibat keracunan. Khaibar adalah wilayah pemukiman Yahudi yang besar, sekitar 95 mile di utara Medina. Orang Yahudi di sana umumnya petani. Khaibar terkenal akan kurma-kurmanya yang terbaik di daerah itu. Orang Yahudi di sana kaya-kaya karena mereka bekerja keras dan berhasil karenanya.
Sebelum penaklukan Muhammad akan Khaibar, dia baru saja dihentikan orang Mekka dalam usahanya naik haji ke Mekka. Di luar Mekka, dia juga telah menandatangani perjanjian yang mempermalukannya dihadapan orang Mekka, perjanjian yang tidak disukai beberapa pengikut utamanya. Untuk menenangkan mereka, Muhammad lalu mengakui telah menerima wahyu bahwa Tuhan akan memberi mereka harta milik orang Yahudi di Khaibar (sbg kompensasi). Enam minggu kemudian, dia pun menyerang Khaibar dengan tujuan untuk menaklukannya dan merampoknya.
Biographi tertua tentang Muhammad disebut ‘Sirat Rasulallah’ Kehidupan Nabi Allah. Buku ini ditulis oleh Ibn Ishaq, seorang cendekiawaan Islam yang taat, yang kemudian direvisi oleh Ibn Hisham. Buku ini ditulis sebelum adanya usaha pengumpulan Hadist besar-besaran, dan dianggap sebagai biographi Muhammad yang paling otentik. Terjemahannya dalam bahasa Inggris oleh A. Guillaume dikenal dengan “The Life of Muhammad.”
Halaman 515 :
"Kinana al-Rabi, yang dipercayai untuk menangani harta kekayaan (bendahara) Banu Nadir, dibawa menghadap nabi yang menanyai dia tentang hal itu. Dia membantah tahu di mana harta itu. Seorang Yahudi datang (menurut Tabari dibawa menghadap) kepada nabi dan berkata bahwa dia telah melihat Kinana pergi ke satu reruntuhan pagi-pagi setiap hari. Ketika nabi bertanya pada Kinana, “Tahukah kamu jika kami menemukannya kamu akan aku bunuh?” dia menjawab, “Ya.” Nabi lalu memerintahkan agar reruntuhan itu digali dan beberapa dari harta kekayaan ditemukan. Ketika dia (nabi) menanyakannya (Kinana) tentang harta lainnya, dia menolak mengungkapkannya, maka nabi memberi perintah kepada al-Zubayr Al-Awwam, "Siksa dia hingga kamu dapat apa yang dia punya." Lalu dia menyalakan api dengan batu keras dan baja di dadanya hingga dia hampir mati. Lalu nabi menyerahkannya kepada Muhammad bin Maslama dan dia penggal kepalanya, sebagai balas dendam bagi saudara lelakinya Mahmud.
Menurut saya, perintah Muhammad untuk menyiksa Kinana untuk mendapatkan harta tertimbun adalah sama seperti yang dilakukan para penjahat untuk mendapatkan uang dan harta milik orang. Saya bayangkan anggota gang mafia memukul orang atau menyiksa mereka supaya mereka berbicara. “Bicaralah! Katakan dimana uangnya! Atau akan kami bikin tambah tersiksa!”
Di sini, Muhammad memerintahkan supaya seorang lelaki disiksa untuk buka mulut! Akhirnya, setelah dia hampir mati, Muhammad memerintahkan agar kepalanya ditebas.
PERTANYAAN:
1) Renungkan kata-kata Muhammad, “Siksa dia hingga kau dapatkan apa yang dia punya.” Ini adalah tindakan nabi Islam ketika dia punya kekuasaan dengan pedang. Manusia macam apakah nabi Islam ini? Bagaimana perasaan anda jika anda menonton laporan berita dan mendengar ini terjadi di kampung anda?
2) Muslim mengeluh tentang apa yang dilakukan orang Serbia terhadap Muslim di Bosnia, dan saya setuju dengan Muslim-muslim itu. Tetapi siapa saja yang mempelajari kelakuan Muhammad ini akan melihat bahwa Muhammad melakukan hal yang sama kejinya kepada orang-orang. Jika di zaman sekarang Muslim merasa berhak mengecam kelakuan orang Serbia di Bosnia, tidakkah mereka seharusnya juga merasa bahwa tindakan Muhammad mesti dikecam pula? [ayo dong kawan muslimku, fair dong. Nabi kalian kan juga sadis banget; entah bagaimana atau apapun alasan orang muslim. Si mamad nabi kalian itu emang psychopat sadis! -adm]
3) Berapa rampokan akan cukup? Muhammad telah mendapatkan harta kekayaan hasil jarahan di Khaibar. Tidak diragukan lagi dia telah mendapat banyak kekayaan. Mestikah dia lakukan lagi apa yang telah dilakukannya terhadap Kinana?
4) Dengan contoh teladan yang diberikan Muhammad dalam perampokan, perbudakan, penyiksaan dan pembunuhan ini, apakah mengherankan jika hal-hal serupa sekarang terjadi di dunia Muslim? Kita semua tahu apa yang terjadi di Algeria, Afghanistan, Pakistan, Mesir, Mali, Darfur, Poso (Indonesia) dan Mauritania. Keganasan-keganasan itu tidak dilakukan oleh kelompok narkoba, atau mafia, atau bahkan kelompok revolusi politk, tetapi oleh Muslim yang taat. Muslim-muslim ini ingin menegakkan Islam mereka, seperti yang dilakukan Muhammad. Karena itu mereka percaya mereka berhak melakukan apa yang telah dilakukan Muhammad. Ingatlah, Muslim diwajibkan mengikuti teladan cara hidup Muhammad atau apa yang disebut ‘Sunnah.’ Jika Muhammad diperbolehkan melakukan penyiksaan dan pembunuhan terhadap manusia, hanya untuk mendapat uang, maka Muslim zaman sekarang pun boleh melakukan hal yang sama. Inikah yang Muslim inginkan sebagai landasan pembangunan masyarakat?
5) Muslim yang memutuskan mengikuti Muhammad, memilih untuk menghalalkan dan mendukung perbuatan jahatnya. Mengapa mempercayakan kehidupan abadi, surga atau neraka, di tangan seseorang seperti Muhammad? Inikah orang yang kepadanya anda rela mempertaruhkan hidup keabadian anda? [monggo saja... saya mah masih punya hati nurani dan otak rasional pemberian Tuhan (Tuhan yg asli lho, bukan dewa islam bernama auwloh itu) untuk mampu membedakan mana yang jahat dan yang baik].
KESIMPULAN
Tindakan Muhammad di sini adalah tindakan dosa yg jahat. Dipacu oleh ketamakan dan kebencian. Tindakan-tindakan ini bukanlah tindakan seorang nabi Tuhan yang sejati, melainkan kelakukan seorang yang berkeras melakukan apa yang dia mau dan memuaskan nafsunya sendiri dengan memanipulasi orang lain melalui dewa khayalannya bernama auwloh.
Ketamakan Muhammad mendorongnya melakukan hal-hal jahat; menyiksa, kemudian membunuh seorang manusia, hanya untuk memperoleh uang (harta).
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus