Headlines News :

Allah SWT Yang Gagal Melulu

Written By Islam Dalam Fakta on Minggu, 20 Januari 2013 | 13.24

Banyak agama-agama dan gerakan-gerakan spiritual yang percaya bahwa kitab-kitab sucinya adalah wahyu Illahi, diilhami Tuhan dan mereka memandang kitab-kitab sucinya sebagai Firman Sejati Tuhan. Wahyu Illahi, yang diakui sebagai hal utama dalam agama-agama Abraham, bukanlah monopoli agama-agama monoteistik saja. Di belahan dunia lain, kitab Veda yang merupakan dasar agama politheis Hindu, dipandang sebagai kitab yang suci yang diwahyukan kepada manusia pilihan dari antara orang-orang suci di jaman dahulu. Wahyu terus-menerus diturunkan ke bumi sampai seorang Arab di abad ke 7 mengaku sebagai nabi terakhir dan mengatakan dirinya membawa wahyu terakhir dari Tuhan. Terlebih lagi, tidak seperti nabi-nabi sebelumnya, dia mengaku firman yang dibawanya itu begitu penting sehingga siapapun yang tidak menerima dia sebagai nabi dan tidak percaya pada pesan yang dibawanya adalah orang-orang sesat. Dia menyatakan orang-orang yang tidak mempercayainya adalah orang-orang terkutuk dan harus dibunuh atau ditundukkan dan diperlakukan sebagai warga kelas dua (dhimmi). Makanya tidak heran jika akhirnya banyak orang-orang Arab sukunya menolak pandangannya. 

Pengakuan besar-besaran seperti ini membangkitkan lebih banyak pertanyaan pada diri kita daripada jawaban. Orang tidak habis bertanya pada dirinya sendiri: bagaimana mungkin firman penting dari Tuhan yang maha kuasa berisi begitu rendah nilainya sehingga bahkan diejek dan ditolak orang? Bagaimana mungkin pesan dari Allah yang maha cerdas itu isinya begitu jelek sehingga Muhammad harus melarikan diri dari kemarahan masyarakatnya sendiri? Bagaimana mungkin, firman Tuhan yang sejati, bahkan sampai 1400 tahun setelah diwahyukan tetap saja tidak menunjukkan tanda-tanda diterima sebagai pesan sejati oleh 2/3 penduduk dunia? Untuk mengerti pertanyaan-pertanyaan ini, konsep pewahyuan harus ditelaah dengan seksama. 

Agar firman Tuhan benar-benar efektif, maka penting bagi Tuhan untuk memilih: 
1) Waktu yang tepat untuk komunikasi 
2) Bahasa yang tepat untuk disampaikan 
3) Tempat yang tepat untuk menurunkan wahyu 
4) The right person to convey his message 
5) Dan, pesan yang tepat untuk memperbaiki keadaan manusia 

Apakah Abad Ke 7M Merupakan Waktu Yang Tepat Untuk Komunikasi? 

Tampaknya tuhan-nya Islam tidak melihat kenyataan atau mungkin bahkan sudah lupa berapa kali dia mengirim nabi-nabi yang gagal terus sebelum abad 1M, sehingga dia tiba-tiba saja mengirim nabi terakhir di pertengahan abad ke 7M untuk menyampaikan pesanNya yang terakhir. Jika Allah adalah satu-satunya Tuhan yang sebenarnya dan satu-satunya jalan masuk surga, bagaimana dong nasib orang-orang lain yang lahir sebelum abad ke 7M? Bukankah Allah yang sangat tidak adil karena tidak menyelamatkan jiwa orang-orang sebelum Muhammad ada? Utusan Tuhan yang sejati seharusnya menguntungkan semua orang di waktu kapan saja dan harus lekang sepanjang jaman.
Yang sukar dimengerti adalah apa sih yang mencegah Tuhan untuk menyampaikan pesanNya di waktu awal seorang manusia diciptakan sehingga orang itu, kapanpun dia lahir, bisa menerima firmanNya yang berguna demi kebaikan nasibnya. 


Apakah Bahasa Arab Merupakan Bahasa Yang Tepat Untuk Komunikasi? 

Setelah mengirim wahyu-wahyuNya yang terdahulu dalam bahasa Aramaik, dengan alasan yang hanya diketahuiNya sendiri, Allah tiba-tiba saja memilih bahasa lain dari penduduk padang pasir terpencil yang tidak hanya tak dikenal banyak orang, tapi juga merupakan bahasa yang paling sedikit dipakai di dunia. Biasanya kalau mendengar pendapat ini, para ilmuwan Muslim dengan gesitnya menjawab bahwa bahasa Arab adalah bahasa yang paling puitis di dunia dan Qur’an tidak bisa diterjemahkan ke dalam bahasa lain tanpa kehilangan keindahannya dan Allah ngotot ingin keindahan itu harus tetap ada. Padahal sebenarnya bukankah yang terpenting itu adalah keselamatan manusia. Masalah indah atau tak indah tidaklah begitu penting, karena yang lebih penting adalah firman itu harus jelas dan singkat dan disampaikan dalam bahasa yang termudah di dunia. Bahasa Arab jelas bukan bahasa termudah di dunia. Lihatlah jawabanku yang lebih detail buat ahli Islam Hamza Tzortzis tentang hal ini. 

Apakah Arabia Tempat Yang Tepat Untuk Menurunkan Wahyu? 

Sebelum jaman Yesus dan berabad-abad sebelum Muhammad lahir, sudah terdapat kebudayaan-kebudayaan besar seperti Yunani, India, Persia, dan China kuno yang terletak di tempat-tempat yang lebih banyak dihuni, lebih maju, jauh lebih unggul secara intelektual dibandingkan orang-orang Arab nomad. Kebudayaan-kebudayaan ini berkembang luas dan menyebar ke mana-mana. Lalu tiba-tiba saja Allah punya obsesi dengan Timur Tengah, sehingga dia lalu menurunkan nabi-nabiNya hanya ke Yerusalem dan tempat-tempat sekitarnya, bagaikan itu tempat satu-satunya di dunia. Pengaruh budaya Yunani dan Romawi menyebar ke separuh dunia. Juga pengaruh budaya India dan China menyebar luas sampai ke Persia dan Jepang. Tampaknya Allah ini tidak banyak tahu tentang dunia atau mungkin Dia tahu bahwa ayat-ayatNya pasti kalah dibandingkan dengan para filsuf Yunani dan India sehingga Dia memilih Arabia sebagai tempat turun wahyu. Apapun alasannya, yang jelas bahasa dan budaya di tanah Arab tidak punya pengaruh luas di manapun. Dengan begitu, tanah Arab bukanlah tempat yang ideal untuk mewahyukan firman illahi sejati. Tidaklah heran jika terdapat begitu banyak interpretasi Qur’an dari yang paling lembut sampai yang sangat amat kejam. 

Apakah Muhammad Itu Orang Yang Tepat Untuk Menyampaikan Wahyu? 

Satu dari sifat Islam yang penting adalah pengakuan Muhammad bahwa dia dikirim untuk memperbaiki firman-firman yang disampaikan nabi-nabi terdahulu. Dia menyatakan bahwa Yesus, Musa, Adam semuanya adalah para Muslim pilihan Allah yang dipilih untuk menyampaikan firmanNya, tapi mereka semua gagal melaksanakannya. Hal ini membuktikan bahwa Allah berulang-kali gagal memilih orang yang tepat untuk menyampaikan pesanNya. Allah telah mengirim nabi-nabi untuk mengganti nabi-nabi yang terdahulu dan ini semua menimbulkan keraguan tentang kemampuan Allah mengambil keputusan. Tidakkah Dia tahu bahwa nabi-nabi yang dipilihanya itu bakal gagal melaksanakan tugas? Terlebih lagi, nabi yang terakhir juga gagal pula dan Islam bukannya menjadi agama dominan dunia, tapi malahan jadi agama yang paling dibenci dan ditakuti. 

Juga, tampaknya Muhammad tidak suka dengan sifat-sifat yang biasanya kita kenal dari seorang nabi. Aku tidak mau membahas sifat dia secara mendalam dalam tulisan ini, tetapi aku lebih ingin mempertanyakan perihal pewahyuan di mana si penerima wahyu, yakni Muhammad, buta huruf. Pertanyaan tentang bisa tidaknya nabi membaca tampaknya tidak dianggap penting dalam Islam karena mereka percaya di surga sudah terdapat kitab suci yang di-edit sendiri oleh Allah tapi disebarkan di dunia oleh nabinya. Kenyataannya, Muhammad punya banyak sekretaris (juru tulis) yang menuliskan ayat-ayat Qur’an dan karena dia sendiri buta huruf, maka tentunya dia tidak bisa memeriksa benar tidaknya penulisan ayat-ayat ini. Nasib umat tergantung dari tulisan para sekretaris ini yang kemampuannya juga tidak jelas.Yang diikuti oleh 1,2 milyar Muslim sebagai firman Allah sebenarnya bukanlah wahyu yang diterima Muhammad dan bahkan bukan yang dikatakan Muhammad, tapi apa yang ditulis oleh banyak sekretaris yang hasil tulisannya juga belum tentu diperiksa ketepatannya. Aku heran mengapa Allah sendiri memilih nabi yang buta huruf dan hal ini malahan semakin membuktikan bahwa Allah gagal memilih orang yang tepat untuk menyampaikan firmanNya. 

Apakah Qur’an Itu Merupakan Pesan Yang Tepat? 

Qur’an mengaku sebagai buku yang mudah dimengerti, jelas, dan singkat, tapi kelakuan para Muslim tidak membuktikan hal itu sama sekali. Terdapat lebih banyak sekte pecahan dalam Islam dibandingkan agama monoteistik manapun di dunia. Terlebih lagi, permusuhan antar sekte ini sangat buas biadab dan persis sama seperti mental barbar suku-suku Arab abad ke 7M. Perang Iran-Irak dan kekerasan sektarian di Pakistan mengingatkan kita kembali akan kentalnya kebencian antar aliran-aliran dalam Islam “agama damai” atau lebih tepatnya “agama sangar.” Padahal katanya Allah mengirim Qur’an sebagai buku penuh ajaran damai dan jelas bagi manusia.
Belum lagi catatan buruk sejarah tentang hubungan (interaksi) islam dengan agama-agama lain. Kata toleransi tidak ada dalam kamus Qur’an. Tiada toleransi terhadap agama lain, penindasan, kebencian terhadap wanita, tiadanya pemikiran kritis, keterbelakangan dan kemiskinan hebat merupakan ciri khas negara-negara Islam yang mengikuti Qur’an secara harafiah. Contoh yang paling jelas adalah Afghanistan. 

Allah-nya islam gagal dalam segala hal dan makhluk yang gagal melulu tentunya tidak bisa dianggap sebagai Tuhan.

Sumber:

Mengapa Perlu Mengolok Islam?


Mengapa dong kita perlu mengolok-olok Islam? Karena itu memang terapi manjur! Ini cara jitu utk meyakinkan mereka yg malas berpikir. Malu adalah motivator bagus.

Muhamad menderita gangguan kepribadian narsistik (megalomania) dan pengikutnya hanya mengikuti kelakuan dan cara berpikirnya. Mereka memasuki dunia narsistik dan oleh karena itu mereka-pun ketularan penyakit narsistik. Ini terjadi pada semua pengikut aliran sesat. Kesintingan pemimpin nampak pada pengikutnya.

Kaum narsistik merasa paling hebat dan paling penting. Ingin mendapatkan pengakuan dan perlakuan istimewa tanpa kemampuan utk membuktikan kehebatan mereka. Oleh karena itu jangan sampai kita memenuhi tuntutan mereka. Muslim menuntut rasa hormat tapi tidak pernah menghormati orang lain. Muslim merasa OK saja utk mengolok-olok dirimu, agamamu, tapi kau tidak sedikitpun berhak mengritik mereka apalagi agama mereka. Normal bagi muslim utk melanggar hak-hakmu, bahkan membunuhmu. Tapi kau tidak boleh mengganggu mereka (muslim) sedikitpun. Muslim malah menuntut hak-hak istimewa yg tidak disediakan bagi orang lain. Mereka (muslim) mau kau patuh. Itu memang inti Islam: kepatuhan.

...
Charlie Chaplin tahu benar kekuatan ejekan. Sbg penentang rasisme, pd th 1937 Chaplin memutuskan utk membuat film ttg bahaya rasisme. Spt dikatakannya dlm otobiografinya, filmnya dihalang-halangi. "Pada saat pembuatan film saya itu, The Great Dictator, saya menerima pesan-pesan mengkhawatirkan dari United Artists. Mereka diperingatkan oleh Hays Office bahwa saya akan menghadapi sensor. Mereka mengkhawatirkan gambar-gambar anti-Hitler itu dan meragukan apakah film ini akan dapat diedarkan di Inggris. Tetapi saya bersikeras, karena Hitler memang patut di-olok-olok.” (Charles Chaplin, My Autobiography- 1964)

Spt juga di thn 30-an, sekarang ini terdapat orang-orang bodoh (useful idiots) yg membela Islam, menerapkan sensor utk membungkam pengritik. Orang-orang bodoh ini juga harus dipermalukan.

Jangan mengecilkan kekuatan mengejek (the power of ridicule). Ini bukan bahan tertawaan. Ejeklah Muhamad dan Islam karena ini pada akhirnya akan membantu Muslim keluar dari aliran sesat mereka. Mereka harus dibuat malu karena masih menyebut diri "Muslim". Terapi ini manjur! Saya seringkali melihat hasilnya. Orang-orang terdidik yg tadinya membela Islam, begitu melihat kekonyolan aliran itu, merasa malu sbg Muslim dan mulai menjauhkan diri. Pertama-tama, pemisahan itu tidak dirasakan secara mendalam, tetapi kenyataan bahwa mereka menyembunyikan identitas mereka karena malu sudah merupakan langkah bagus. Jadi, tinggal tunggu tanggal mainnya saat mereka memutuskan diri dari tali pusat dan meninggalkan Islam secara total.

...
Ejeklah Islam dan ejeklah mereka yg membelanya. Permalukan para pendukung mereka yg bodoh, biar nama mereka pangeran Charles atau Bill Clinton sekalipun. Kuaklah kekonyolan Islam dan terbahak-bahaklah didepan monyong para pendukung tolil itu.

Tidak lama lagi, menyebut orang sbg "Muslim" dianggap sbg penghinaan, sama spt memanggil orang sbg "Nazi".

Berikut lihatlah bagian dari buku komik Dr. Aziz (ex-muslim) ttg Muhamad. Pesanlah buku yg bisa membuat anda terbahak-bahak ini di-link-ini.

Anda dapat membaca KOMIK MUHAMMAD edisi Indonesia-nya; klik DISINI . Bagus, dijamin terpingkal-pingkal deh. Buruan!

Harganya cuma $3.95. Ini kado bagus! Apalagi sekarang orang semakin bertanya-tanya ttg Islam. Buku ini didasarkan pada pernyataan Muhamad dlm Quran dan hadis.

Kalau mereka (muslim) dgn kartun Denmark saja sudah kebakaran jenggot, bgmn dng isi buku ini? Ini bahkan jauh lebih parah! Sampaikan link ini pd teman-temanmu!

Sumber: http://www.indonesia.faithfreedom.org/forum/viewtopic.php?t=1280

Kelahiran Dan Masa Kecil Si Mamad

Di tahun 570 A.D., di Mekah, Arabia, seorang janda muda bernama Aminahh melahirkan anak laki yang diberi nama olehnya Kotham (tdk ada hubungannya dng Gotham City-nya Batman. Hehee.. –adm) sesuai tradisi bangsanya. Lima puluh tahun kemudian, ketika anak laki ini hijrah ke Medina, dia akan mengganti namanya dengan nama Muhammad (yang terpuji) sebagai nama pujian diri, dan dia terkenal dengan nama itu sampai hari ini. Meskipun Muhammad adalah anak Aminah satu-satunya, tapi Aminah menyerahkan si Kotham alias si Mamad a.k.a. si Somad kepada seorang perempuan Bedouin untuk dibesarkan di padang pasir kala masih berusia 6 bulan.

Beberapa perempuan kaya Arab kadangkala menyewa perempuan lain untuk menyusui bayi mereka. Hal ini memungkinkan perempuan kaya itu untuk tidak menyusui dan bisa punya anak lagi dengan cepat. Lebih banyak anak berarti lebih tinggi status sosialnya. Tapi bukan ini yang terjadi pada Aminah janda miskin yang hanya punya satu anak untuk diurus. Abdullah, ayah Muhammad, meninggal enam bulan sebelum Muhammad lahir. Juga kebiasaan ini tidak terlalu sering dilakukan. Lihat misalnya Khadijah, istri pertama Muhammad, yang merupakan perempuan terkaya di Mekah. Dia punya tiga anak dari perkawinan sebelumnya dan tujuh anak dari perkawinannya dengan Muhammad, dan dia merawat mereka semua seorang diri. [Muhammad punya empat putri dan tiga putra. Semua anak laki meninggal waktu masih kecil. Anak-anak perempuan mencapai usia dewasa dan menikah, tapi semuanya meninggal di usia muda. Putrinya yang terkecil meninggalkan dua orang putra].

Mengapa Aminah menyerahkan anak satu-satunya untuk dibesarkan orang lain? Hanya ada sedikit keterangan bagi kita untuk mengerti tentang ibu Muhammad dan keputusan yang diambilnya.

Keterangan menarik yang menunjukkan keadaan psikologi Aminah dan hubungannya dengan bayinya adalah Aminah tidak menyusui Muhammad. Setelah Muhammad lahir, dia diserahkan kepada Thueiba, yang adalah pelayan paman Muhammad yang bernama Abu Lahab (orang yang sama yang dikutukinya di Sura 111 di Quran, sekalian juga dengan istrinya), untuk disusui. Tidak ada keterangan mengapa Aminah tidak menyusui anaknya. Yang bisa kita lakukan adalah menduga. Apakah dia mengalami tekanan bathin karena menjanda di usia mudanya? Apakah dia pikir anaknya (si mamad) merupakan halangan baginya untuk menikah lagi?

Kematian anggota keluarga dapat mengakibatkan perubahan kimiawi dalam otak yang mengakibatkan tekanan jiwa (depresi). Sebab lain yang mengakibatkan perempuan mengalami tekanan jiwa adalah: hidup sendirian, gelisah tentang keadaan janinnya, masalah perkawinan atau keuangan dan usia muda ibu. Aminah baru saja kehilangan suaminya, dia hidup sendiri, miskin, dan muda. Berdasarkan keterangan yang ada, dia tampaknya mengalami tekanan jiwa (depresi). Hal ini dapat menganggu kemampuan ibu untuk menumbuhkan ikatan bathin dengan bayinya. Juga, tekanan jiwa selama mengandung dapat pula mengakibatkan ibu mengalami tekanan jiwa berikutnya pasca melahirkan bayi (postpartum depression).

[Penelitian menunjukkan bahwa bayi yang lahir dari ibu yang menderita gejala tekanan jiwa sewaktu mengandung dan setelah melahirkan, mengalami peningkatan jumlah cortisol dan norepinephrine, rendah jumlah dopamine, dan lebih tidak simetris EEG kanan depan. Bayi yg ibunya menderita depresi sewaktu hamil menujukkan kecenderungan asimetri EED kanan depan dan lebih tinggi jumlah norepinephrine. Data ini menyatakan efek psikologi bayi tergantung lebih banyak pada keadaan jiwa ibu sewaktu mengandung daripada setelah melahirkan tapi juga tergantung dari lamanya depresi. - ncbi.nlm.nih.gov]

Beberapa penyelidikan ilmiah menunjukkan bahwa tekanan jiwa yang dialami ibu hamil dapat berakibat langsung pada janin. Bayi yang lahir biasanya menjadi cepat marah dan lamban. Bayi ini dapat tumbuh menjadi anak balita yang lamban belajar dan tidak bereaksi secara emosional, ditambah masalah kelakuan, misalnya suka melakukan kekerasan. [tentang kesehatan mental ibu dan anak, lihat disini]

Muhammad tumbuh diantara orang-orang asing. Sewaktu dia besar, dia sadar bahwa dirinya bukanlah anggota keluarga yang mengasuhnya. Dia semestinya heran mengapa ibunya, yang hanya mengunjunginya dua kali setahun, tidak menginginkannya.

Halimah adalah perempuan yang menyusui Muhammad. Enam puluh tahun berikutnya terungkap bahwa awalnya Halimahh tidak mau mengurus Muhammad karena dia anak yatim dari janda miskin. Tapi akhirnya Halimah mau mengurus Muhammad karena dia tidak mendapatkan anak dari keluarga kaya, dan keluarganya sendiri sangat butuh uang meski sedikit sekalipun. Apakah ini tampak pada cara Halimah mengurus bayi itu? Apakah Muhammad merasa tidak dikasihi di keluarga angkatnya selama tahun-tahun awal penting yang menentukan sifat (karakter) seseorang?

Halimah melaporkan bahwa Muhammad adalah anak yang penyendiri. Dia suka hidup dalam dunia khayalannya sendiri dan bercakap-cakap dengan teman khayalannya yang tidak bisa dilihat orang lain. Apakah ini reaski dari anak yang tidak dikasihi di dunia nyata sehingga dia menciptakan khayalannya sendiri untuk menghibur dirinya dan merasa dikasihi?

Kesehatan mental Muhammad mengkhawatirkan ibu asuhnya sehingga dia mengembalikan Muhammad kepada ibunya Aminah ketika berusia lima tahun. Karena masih belum punya suami baru, Aminah ragu untuk menerima kembali anaknya sampai Halimah menceritakan padanya kelakuan dan khayalan Muhammad yang aneh-aneh. Ibn Ishaq mencatat kata-kata Halimah: Ayahnya (ayah dari anak laki Halimah satu-satunya) berkata kepadaku, “Aku takut anak ini mengalami serangan jantung, maka bawalah dia kembali ke keluarganya sebelum terjadi akibat buruk.” Dia (ibu Muhammad) menanyakan padaku apa yang terjadi dan terus menggangguku sampai aku menceritakan padanya. Ketika dia bertanya apakah aku takut anaknya (Muhammad)kerasukan setan, maka kujawab iya.
[Sirat Ibn Ishaq, page 72: Ibn Ishaq (baca Is-haq, nama Arab bagi Isaac) adalah penulis sejarah Muslim, lahir di Medina kira-kira 85 tahun setelah Hijra (yakni tahun 704, dia meninggal tahun 768). (Hijra adalah pindahnya Muhammad ke Medina dan dimulainya awal penanggalan Arab), Dialah penulis pertama sejarah hidup Muhammad dan peristiwa peperangannya. Kumpulan kisahnya tentang Muhammad disebut "Sirat al-Nabi" ("Kisah Hidup sang Nabi"). Buku ini telah hilang. Akan tetapi, kumpulan tulisan Ibn Ishaq dengan catatan-catatan dari Ibn Hisham (mati tahun 834) masih tersedia dan diterjemahkan dalam bahasa Inggris. Ibn Hisham mengaku sengaja tidak menyertakan beberapa tulisan Ibn Ishaq yang dianggap memalukan kaum Muslim. Beberapa bagian kisah memalukan ini dikutip oleh Tabari (838–923) yang adalah penulis sejarah terkenal dan paling terkemuka dari Persia dan juga penulis tafsir Qur'an.]

Adalah normal bagi anak-anak untuk melihat monster di bawah tempat tidur mereka dan bicara dengan orang (sosok) khayalannya. Tapi kasus Muhammad tentunya langka dan mengkhawatirkan. Suami Halimah berkata, “Aku takut anak ini mengalami serangan jantung.” Keterangan ini penting. Bertahun-tahun kemudian, Muhammad bicara tentang pengalaman masa kecilnya yang aneh:
”Dua orang berpakaian putih datang padaku dengan baskom emas penuh salju. Mereka memegangku dan membelah tubuku dan mengambil dari dalam tubuhku gumpalan hitam yang lalu mereka buang. Lalu mereka mencuci jantung dan tubuhku dengan salju sampai murni.”
[W. Montgomery Watt: terjemahan tulisan biografi Muhammad oleh Ibn Ishaq (hal. 36)]

Sudah jelas bahwa kekotoran pikiran tidak tampak sebagai gumpalan dalam jantung. Meskipun nyatanya anak kecil tidak berdosa (innocent), dosa sendiri tidak dapat dihilangkan lewat operasi bedah dan salju bukanlah bahan pembersih yang baik. Cerita ini sudah jelas hanyalah khayalan dan halusinasi saja.

Muhammad sekarang tinggal lagi bersama ibunya, tapi ini tidak berlangsung lama. Setahun kemudian Aminah meninggal. Muhammad tidak banyak bicara tentang ibunya. Ketika Muhammad menaklukkan Mekah, lima puluh tahun setelah kematian ibunya, dia mengunjungi kuburan ibunya di Abwa yang terletak diantara Mekah dan Medinah.

Ini adalah kuburan ibuku; Tuhan mengijinkanku untuk melawatnya. Aku ingin berdoa baginya, tapi tidak dikabulkan. Maka aku memanggil ibu untuk mengenangnya dan ingatan lembut tentang dirinya menyelubungiku, dan aku menangis.
[Tabaqat Ibn Sa'd p. 21 . Ibn Sa'd (784-845) adalah ahli sejarah, murid dari al Waqidi. Dia membagi tulisannya dalam delapan bagian, dan menamakannya Tabaqat (kategori). Yang pertama adalah kisah hidup Muhammad (Vol. 1), lalu peperangannya (Vol. 2), pengikut-pengikutnya di Mekah (Vol. 3), pengikutnya di Medinah (Vol. 4), cucu-cucunya, Hassan dan Hussein dan para tokoh Muslim yang utama (Vol. 5), para pengikut dan sahabat Muhammad (Vol. 6), pengikut penting berikutnya (Vol. 7) dan beberapa tokoh Muslimah (Vol. 8 ). Kutipan-kutipan Tabaqat yang digunakan di buku ini diambil dari terjemahan dalam bahasa Persia oleh Dr. Mahmood Mahdavi Damghani. Publisher Entesharat-e Farhang va Andisheh. Tehran, 1382 solar hijra (2003 A.D.).]

Mengapa Tuhan tidak mengabulkan Muhammad berdoa bagi ibunya? Apa yang dilakukan Aminah sehingga dia tidak layak untuk dimaafkan? Ini sungguh tidak masuk akal. Sudah jelas Tuhan tidak ada hubungannya dengan hal ini. Muhammad sendirilah yang tidak bisa memaafkan ibunya, bahkan separuh abad setelah dia mati. Dia mungkin mengingatnya sebagai perempuan yang dingin dan tidak sayang anak, sehingga Muhammad tidak menyukainya dan mengalami luka bathin yang dalam dan tidak pernah sembuh.

Muhammad kemudian hidup bersama kakeknya selama dua tahun. Kakeknya yang telah ditinggal mati putranya, sangat memanjakan Muhammad. Ibn Sa’d menulis bahwa Abdul Muttalib sangat memperhatikan Muhammad lebih banyak daripada memperhatikan putra-putranya sendiri. [Tabaqat Volume 1, page 107]. Muir dalamBiography of Muhammad menulis: Anak itu dirawat dengan penuh kasih sayang olehnya. Sebuah karpet biasa dibentang di bawah bayang-bayang Ka’bah, dan di situ orang tua (kakek Muhammad) itu berbaring terlindung dari terik matahari. Di sekitar karpet, dengan jarak yang tidak jauh, duduklah putra-putranya. Muhammad kecil berlari mendekat pada kakeknya dan mengambil karpet tersebut. Putra-putranya hendak mengusirnya pergi, tapi Abdul Muttalib mencegahnya dan berkata: ‘Jangan larang putra kecilku.’ Dia lalu mengelus punggungnya karena merasa girang melihat tingkah lakunya yang kekanakan. Anak laki ini masih diurus ibu asuhnya yang bernama Baraka, tapi Muhammad selalu lari darinya dan pergi ke tempat tinggal kakeknya, bahkan jika dia sedang sendirian dan tidur.
[The Life of Muhammad by Sir. William Muir Volume II Ch. 1. P. XXVIII]

Muhammad ingat perlakuan penuh kasih sayang yang diterimanya dari Abdul Muttalib. Sambil tak lupa membumbui dengan khayalannya sendiri, dia di kemudian hari berkisah bahwa kakeknya biasa berkata, Biarkan dia karena dia punya nasib yang hebat, dan akan menjadi pewaris kerajaan; dan berkata pada Baraka, “Awas, jangan sampai dia jatuh ke tangan orang Yahudi dan Kristen, karena mereka mencarinya dan akan melukainya!” [Katib al Waqidi, p. 22] Akan tetapi, tiada seorang pun yang ingat perkataan ini karena sebenarnya para pamannya tidak percaya perkataannya, kecuali Hamza yang berusia sebaya dengan Muhammad. Abbas juga di kemudian hari bergabung dengan Muhammad, tapi itu terjadi setelah bintang Muhammad bersinar dan dia beserta pasukannya berada di depan Mekah untuk siap menyerang.

Nasib sekali lagi tidak berpihak pada Muhammad. Hanya dua tahun setelah dia hidup bersama kakeknya, sang kakek meninggal dunia di usia delapan puluh dua tahun dan Muhammad lalu diasuh oleh pamannya Abu Talib.

Muhammad merasa sedih karena kehilangan kakek yang mengasihinya. Ketika dia berada di penguburan jenazah di Hajun, dia menangis. Bertahun-tahun kemudian dia masih mengenang kakeknya.

Abu Talib mengasuh Muhammad dengan penuh kasih pula. Kasih sayangnya pada Muhammad sama besarnya seperti kasih sayang Abdul Muttalib padanya, tulis Muir. Dia mengijinkannya tidur di atas ranjangnya, makan di sisinya, dan pergi bersamanya ke luar negeri. Dia terus memperlakukan Muhammad dengan lembut sampai Muhammad dewasa. [Tabaqat Vol I., hal. 108] Ibn Sa’d mengutip Waqidi yang mengisahkan bahwa Abu Talib, meskipun tidak kaya, mengasuh Muhammad dan mencintainya lebih dari anak sendiri.

Karena kehilangan orang-orang yang dikasihinya secara berturut-turut di masa kecilnya, Muhammad takut ditinggalkan dan kejadian ini tentunya berdampak emosi kuat. Hal ini tampak jelas dalam kejadian di waktu dia berusia 12 tahun. Suatu hari, Abu Talib hendak pergi ke Syria untuk berdagang. Dia tidak membawa Muhammad pergi. Tapi ketika kafilah sudah siap berangkat, dan Abu Talib siap menaiki untanya, keponakannya yang tidak mau ditinggal lama memeluknya erat-erat. Abu Talib terharu dan membawa dia pergi bersamanya. [The Life of Muhammad by Sir. William Muir Vol. II Ch. 1. P. XXXIII] Eratnya hubungan Muhammad dan pamannya menunjukkan Muhammad selalu takut (trauma) kehilangan orang-orang yang dikasihinya.

Meskipun Abu Talib merawatnya dengan penuh kasih dan terus membela Muhammad sampai ajal, mengasihinya lebih dari anak sendiri, pada akhirnya Muhammad terbukti sebagai keponakan yang tak tahu terima kasih. Ketika pamannya hampir ajal di ranjang, Muhammad menengoknya. Semua putra-putra Abu Muttalib juga ada di situ. Abu Talib selalu memikirkan kebaikan bagi Muhammad dan dia meminta dengan tulus pada saudara-saudara lakinya untuk melindungi Muhammad yang sekarang berusia 53 tahun. Mereka berjanji untuk melakukannya, termasuk Abu Lahab, yang dikutuki Muhammad dalam Quran. Setelah itu Muhammad meminta pamannya masuk Islam.

Muhammad sadar bahwa para pengikutnya adalah orang-orang lemah dari kalangan rendah. Untuk mendongkrak keberadaannya, dia butuh orang berpengaruh masuk Islam. Ibn Ishaq menulis: Ketika orang-orang datang di perayaan-perayaan, atau ketika sang rasul mendengar ada orang penting yang hendak berkunjung ke Mekah, dia akan mendatangi orang itu dan menyampaikan pesannya. [Sirat, Ibn Ishaq page. 195]. Tulisan sejarah juga mengisahkan pada kita bahwa Muhammad sangat girang luar biasa ketika Abu Bakr dan Omar menjadi pengikutnya. Jika Abu Talib bersedia masuk Islam, maka Muhammad akan tampak lebih terhormat diantara para pamannya dan masyarakat Quraish. Suku Qurasih adalah suku Arab yang tinggal di Mekah dan penjaga bangunan Kaabah. Muhammad sangat butuh pengakuan kebenaran agamanya dari Abu Talib. Akan tetapi sang paman tersenyum dan berkata bahwa dia lebih memilih mati dengan agama kakek moyangnya. Maka punahlah harapan Muhammad. Dia lalu meninggalkan ruangan sambil ngedumel berkata: Aku ingin berdoa baginya, tapi auwloh melarangku.

Sukar dipercaya bahwa auwloh melarang nabinya meminta ampun bagi orang yang membesarkannya, melindunginya sampai ajal, dan berkorban begitu banyak baginya. Kalau memang Tuhan berbuat demikian, hal ini akan menurunkan derajat Tuhan sedemikian rupa sehingga tak layak disembah. Pengorbanan Abu Talib dan keluarganya demi kepentingan Muhammad sangatlah banyak. Meskipun tidak percaya akan Islam, Abu Talib berdiri bagaikan batu tegar menghadapi seluruh rakyat Quraish untuk membela Muhammad dari segala ancaman yang ada dan selama 38 tahun dia terus membela Muhammad tanpa henti. Meskipun begitu, Muhammad bukanlah keponakan yang tahu balas budi. Ketika Abu Talib tidak mau masuk Islam, Muhammad merasa begitu ditolak sehingga dia tidak mau mendoakan pamannya yang hampir ajal.

Tidak banyak yang terjadi di masa muda Muhammad dan tidak ada hal yang dianggap penting dicatat oleh penulis kisah hidupnya. Dia dikabarkan adalah orang yang pemalu, pendiam dan tidak terlalu suka berhubungan sosial. Meskipun disayang dan dimanja pamannya, Muhammad tetap peka dengan statusnya sebagai anak yatim piatu. Kenangan masa kecil yang sepi dan tanpa kasih terus menghantui sepanjang hidupnya.

Tahun-tahun berlalu. Muhammad tetap saja suka menyendiri dan lebih memilih hidup di dunianya sendiri, bahkan jauh dari orang-orang yang dikenalnya. Bukhari menulis bahwa Muhammad lebih pemalu daripada perawan perempuan bercadar [Bukhari: Volume 4, Book 56, Number 762:]. Dia tetap saja begitu seumur hidupnya, tidak percaya diri dan pemalu. Dia berusaha mengatasinya dengan membesarkan, menyombongkan dan memuja-muja diri sendiri.

[Abu Abdullah Muhammad Bukhari (c. 810-870) adalah seorang pengumpul hadis atau sunnah, (kumpulan perkataan dan perbuatan Muhammad). Buku kumpulan hadisnya dianggap paling terkemuka. Dia menghabiskan waktu enambelas tahun untuk mengumpulkannya, dan berhasil mendapat 2.602 hadis (9.082 hadis yang diulang isinya oleh sumber pencerita lain). Persyaratan yang ditetapkannya untuk menentukan keaslian hadis sangat ketat dan karenanya kumpulan hadisnya disebut Sahih (tepat, benar). Ada dua ilmuwan Islam lainnya yakni Abul Husain Muslim dan Abu Dawood yang bekerja dengan cara sama seperti Bukhari dalam mengumpulkan hadis. Sahih Bukhari, Sahih Muslim and Sunnan Abu Dawood diakui oleh masyarakat Muslim pada umumnya, terutama Muslmi Sunni, sebagai literatur tambahan bagi Quran.]

Muhammad tidak melakukan pekerjaan apapun yang penting. Saat-saat tertentu dia menggembalakan kambing, dan ini sebenarnya adalah pekerjaan kaum perempuan di budaya Arab dan dianggap bukan kerjaan lelaki oleh orang-orang Arab. Bayarannya rendah dan dia bergantung pada kemurahan hati pamannya.




INILAH "MUHAMMAD KECIL YG LUAR BIASA"
SETELAH MENJADI "ORANG DEWASA"

Muhammad menyerang dengan agresif beberapa kelompok orang di sekelilingnya. Salah satu kelompok ini adalah orang Yahudi dari Khaibar. Muhammad percaya Tuhan yang membawanya menyerang Khaibar. Setelah Khaibar ditaklukkan, orang Yahudi diperbudakkan, dibunuh atau dibiarkan hidup di sana asalkan mereka memberi para Muslim separuh dari apa yang mereka hasilkan. Salah satu tindakan Muhammad yang paling keji adalah terhadap seorang tawanan bernama Kinana. Kinana adalah salah seorang pemimpin di Khaibar. Muhammad ingin dia mengungkapkan di mana harta yang terkubur disembunyikan. Kinana menolak. Muhammad lalu menyiksanya hingga hampir mati, lalu memerintahkan pemenggalan kepalanya.

Pada halaman 515 dari “The Life of Muhammad,” yang merupakan terjemahan dari buku Ibn Ishaq ‘Sirat Rasul Allah’ (Kehidupan Rasul Allah), kejadian penaklukan Khaibar ini diperinci. Kejadian ini terjadi sekitar 3 tahun sebelum kematian Muhamad akibat keracunan. Khaibar adalah wilayah pemukiman Yahudi yang besar, sekitar 95 mile di utara Medina. Orang Yahudi di sana umumnya petani. Khaibar terkenal akan kurma-kurmanya yang terbaik di daerah itu. Orang Yahudi di sana kaya-kaya karena mereka bekerja keras dan berhasil karenanya.

Sebelum penaklukan Muhammad akan Khaibar, dia baru saja dihentikan orang Mekka dalam usahanya naik haji ke Mekka. Di luar Mekka, dia juga telah menandatangani perjanjian yang mempermalukannya dihadapan orang Mekka, perjanjian yang tidak disukai beberapa pengikut utamanya. Untuk menenangkan mereka, Muhammad lalu mengakui telah menerima wahyu bahwa Tuhan akan memberi mereka harta milik orang Yahudi di Khaibar (sbg kompensasi). Enam minggu kemudian, dia pun menyerang Khaibar dengan tujuan untuk menaklukannya dan merampoknya.

Biographi tertua tentang Muhammad disebut ‘Sirat Rasulallah’ Kehidupan Nabi Allah. Buku ini ditulis oleh Ibn Ishaq, seorang cendekiawaan Islam yang taat, yang kemudian direvisi oleh Ibn Hisham. Buku ini ditulis sebelum adanya usaha pengumpulan Hadist besar-besaran, dan dianggap sebagai biographi Muhammad yang paling otentik. Terjemahannya dalam bahasa Inggris oleh A. Guillaume dikenal dengan “The Life of Muhammad.”

Halaman 515 :
"Kinana al-Rabi, yang dipercayai untuk menangani harta kekayaan (bendahara) Banu Nadir, dibawa menghadap nabi yang menanyai dia tentang hal itu. Dia membantah tahu di mana harta itu. Seorang Yahudi datang (menurut Tabari dibawa menghadap) kepada nabi dan berkata bahwa dia telah melihat Kinana pergi ke satu reruntuhan pagi-pagi setiap hari. Ketika nabi bertanya pada Kinana, “Tahukah kamu jika kami menemukannya kamu akan aku bunuh?” dia menjawab, “Ya.” Nabi lalu memerintahkan agar reruntuhan itu digali dan beberapa dari harta kekayaan ditemukan. Ketika dia (nabi) menanyakannya (Kinana) tentang harta lainnya, dia menolak mengungkapkannya, maka nabi memberi perintah kepada al-Zubayr Al-Awwam, "Siksa dia hingga kamu dapat apa yang dia punya." Lalu dia menyalakan api dengan batu keras dan baja di dadanya hingga dia hampir mati. Lalu nabi menyerahkannya kepada Muhammad bin Maslama dan dia penggal kepalanya, sebagai balas dendam bagi saudara lelakinya Mahmud.

Menurut saya, perintah Muhammad untuk menyiksa Kinana untuk mendapatkan harta tertimbun adalah sama seperti yang dilakukan para penjahat untuk mendapatkan uang dan harta milik orang. Saya bayangkan anggota gang mafia memukul orang atau menyiksa mereka supaya mereka berbicara. “Bicaralah! Katakan dimana uangnya! Atau akan kami bikin tambah tersiksa!”

Di sini, Muhammad memerintahkan supaya seorang lelaki disiksa untuk buka mulut! Akhirnya, setelah dia hampir mati, Muhammad memerintahkan agar kepalanya ditebas.

PERTANYAAN:

1) Renungkan kata-kata Muhammad, “Siksa dia hingga kau dapatkan apa yang dia punya.” Ini adalah tindakan nabi Islam ketika dia punya kekuasaan dengan pedang. Manusia macam apakah nabi Islam ini? Bagaimana perasaan anda jika anda menonton laporan berita dan mendengar ini terjadi di kampung anda?

2) Muslim mengeluh tentang apa yang dilakukan orang Serbia terhadap Muslim di Bosnia, dan saya setuju dengan Muslim-muslim itu. Tetapi siapa saja yang mempelajari kelakuan Muhammad ini akan melihat bahwa Muhammad melakukan hal yang sama kejinya kepada orang-orang. Jika di zaman sekarang Muslim merasa berhak mengecam kelakuan orang Serbia di Bosnia, tidakkah mereka seharusnya juga merasa bahwa tindakan Muhammad mesti dikecam pula? [ayo dong kawan muslimku, fair dong. Nabi kalian kan juga sadis banget; entah bagaimana atau apapun alasan orang muslim. Si mamad nabi kalian itu emang psychopat sadis! -adm]

3) Berapa rampokan akan cukup? Muhammad telah mendapatkan harta kekayaan hasil jarahan di Khaibar. Tidak diragukan lagi dia telah mendapat banyak kekayaan. Mestikah dia lakukan lagi apa yang telah dilakukannya terhadap Kinana?

4) Dengan contoh teladan yang diberikan Muhammad dalam perampokan, perbudakan, penyiksaan dan pembunuhan ini, apakah mengherankan jika hal-hal serupa sekarang terjadi di dunia Muslim? Kita semua tahu apa yang terjadi di Algeria, Afghanistan, Pakistan, Mesir, Mali, Darfur, Poso (Indonesia) dan Mauritania. Keganasan-keganasan itu tidak dilakukan oleh kelompok narkoba, atau mafia, atau bahkan kelompok revolusi politk, tetapi oleh Muslim yang taat. Muslim-muslim ini ingin menegakkan Islam mereka, seperti yang dilakukan Muhammad. Karena itu mereka percaya mereka berhak melakukan apa yang telah dilakukan Muhammad. Ingatlah, Muslim diwajibkan mengikuti teladan cara hidup Muhammad atau apa yang disebut ‘Sunnah.’ Jika Muhammad diperbolehkan melakukan penyiksaan dan pembunuhan terhadap manusia, hanya untuk mendapat uang, maka Muslim zaman sekarang pun boleh melakukan hal yang sama. Inikah yang Muslim inginkan sebagai landasan pembangunan masyarakat?

5) Muslim yang memutuskan mengikuti Muhammad, memilih untuk menghalalkan dan mendukung perbuatan jahatnya. Mengapa mempercayakan kehidupan abadi, surga atau neraka, di tangan seseorang seperti Muhammad? Inikah orang yang kepadanya anda rela mempertaruhkan hidup keabadian anda? [monggo saja... saya mah masih punya hati nurani dan otak rasional pemberian Tuhan (Tuhan yg asli lho, bukan dewa islam bernama auwloh itu) untuk mampu membedakan mana yang jahat dan yang baik].

KESIMPULAN

Tindakan Muhammad di sini adalah tindakan dosa yg jahat. Dipacu oleh ketamakan dan kebencian. Tindakan-tindakan ini bukanlah tindakan seorang nabi Tuhan yang sejati, melainkan kelakukan seorang yang berkeras melakukan apa yang dia mau dan memuaskan nafsunya sendiri dengan memanipulasi orang lain melalui dewa khayalannya bernama auwloh.

Ketamakan Muhammad mendorongnya melakukan hal-hal jahat; menyiksa, kemudian membunuh seorang manusia, hanya untuk memperoleh uang (harta).


Kisah Sebenarnya Mengenai Pembangunan Kaabah

Kapan terjadinya pembangunan Kaabah, penggalian sumur zamzam dan pemindahan batu hitam (hajjar aswad) ke Mekah 
Setelah mempelajari batu hitam yang merupakan pusat kuil pemujaan Muslim, ternyata pengakuan muslim bahwa Abraham dan Ismael yang membangun Kaabah di kota Mekah adalah sebuah kebohongan. 
Abraham tidak pernah pergi ke tempat dibangunnya Mekah, tidak juga anaknya, Ismael dan cucu Abraham (anak Ismael), Nabaioth. Tetapi walaupun demikian, Ibn Ishak, penulis riwayat hidup Muhammad, tetap mengklaim bahwa Abraham-lah yang membangun tempat pemujaan di Mekah dan dijalankan oleh Ismael dan kemudian oleh Nabaioth. Kisah tersebut, diciptakan oleh Ibn Ishak dan rekan-rekannya, sampai pada pernyataan bahwa setelah Nabaioth, suku Jurhum yang mereka akui sebagai penghuni Mekah pada jaman Abraham, bertanggung jawab melayani tempat pemujaan di Mekah. Menurut kisah tersebut, mereka melayani sampai suku Khuzaa’h datang dari Yaman. Hal itu terjadi setelah bendungan di Ma’rib mulai menunjukan tanda-tanda kerusakan dan terusirlah mereka. Kisah itu berlanjut bahwa ketika suku Khuzaa’h tiba di Mekah, mereka mengalahkan Jurhum. Jurhum kemudian meninggalkan Mekah untuk menyembunyikan batu hitam dari kuil pemujaan dan dua rusa emas. Mereka menyembunyikan benda-benda tersebut di mata air yang disebut sebagai Zamzam, kemudian menutupi mata air, batu dan dua rusa tsb dengan tanah sehingga tidak terlihat.[1] Hari kejadian ini sangat penting. Menurut kisah tersebut, Jurhum tinggal di Mekah sampai rusaknya bendungan Ma’rib dan suku Khuzaa’h meninggalkan Yaman. Kita tahu bahwa hal-hal ituterjadi sekitar tahun 150 SM. 

Tradisi/hadis islam tidak masuk akal saat membicarakan Jurhum dan penyembunyian mata air dan batu hitam 
Jika kisah Jurhum benar, mengapa 
para penulis riwayatjaman itu, yang mengunjungi dan menulis tentang bagianBarat jazirah Arab menyebutkan nama semua suku yang tinggal disana bahkan sampai suku terkecil, tetapi tidak sekalipun menyebutkan Mekah atau suku Jurhum ? 

Kedua, setelah dikalahkan, bagaimana mungkin Jurhum mengubur 
dua rusa emas yang sangat berharga dan sebuah batu yang sangat dipuja di Mekah tanpa diketahui para penghuni lainnya? Setiap suku yang meninggalkan Mekah sudah pasti membawa harta pusakanya dan tidak akan menguburnya di sebuah tempat umum yg diketahui secara umum. Apalagi mengingat mata air tersebut adalah mata air satu-satunya di Mekah. 

Ketiga, sang batu hitam adalah sebuah batu yang dipuja. Tidak mudah untuk memindahkannya dari lokasi didalam kuil pemujaan tanpa diketahui seseorangpun. Menurut pengakuan kaum muslim, perang pecah dikarenakan perebutan hak pengelolaan atas tempat pemujaan tersebut. Bagaimana mungkin suku Jurhum yang dikalahkan berhasil memindahkan batu tersebut tanpa dicegah oleh suku Khuzaa’h sang pemenang atau paling tidak mengetahui tempat disembunyikannya si batu? 

Argumen keempat, terpusat pada keberadaan mata air itu sendiri. Jika ia berada di jazirah 
Arab bagian Barat, maka lokasinya pasti penting untuk diingat. Di atas semua itu, air, secara khusus sangatlah penting bagi bangsa arab yang hidup di gurun pasir. Tradisi islam mengklaim keberadaan mata air tersebut sejak jaman Abraham. Jika pada saat itu secara ajaib diadakan pada saat malaikat Jibril memberikan air pada Hagar dan anaknya, Ismael, maka keberadaannya harusnya diketahui secara luas, bukan hanya di Mekah, tetapi juga di kota-kota lain disekitar Mekah. Kaum Bedouin pasti akan datang ke mata air itu untuk memberi minum binatang ternak mereka. Para penghuni juga akan datang untuk menyegarkan diri mereka. Tidak seorangpun dapat menyembunyikan mata air tersebut, bahkan jika dapat ditutupi dengan tanah. 

Kisah kaum Jurhum menyembunyikan barang di mata air pada abad kedua Masehi diteruskan dengan mengklaim bahwa Abd
ul Mutaleb, kakek Muhammad, menemukan kembali mata air tersebut pada akhir abad kelima Masehi. Kita hanya dapat menyimpulkan bahwa mata air itu tidak nampak sebelum masa Abdul Mutaleb dan hanya diketahui keberadaannya setelah warga Mekah menggalinya. 

Fenomena penggalian untuk mendapatkan mata air adalah hal umum di Timur Tengah. Klaim bahwa sebuah mata air ada di sebuah kota selama 2.500 tahun sebelum Jurhum berhasil menyembunyikannya selama tiga abad berikutnya adalah hal yang tidak mungkin, mengingat mata air di jazirah 
Arab pada masa tersebut sangat bernilai dan sangat penting bagi para Bedouin, dibandingkan dengan Laut Mati itu sendiri. Anda mungkin dapat menyembunyikan laut dari mata suku-suku yang kehausan tetapi anda tidak dapat menyembunyikan sebuah mata air dan lokasinya selama itu. 

DAN tidak mungkin kita dapat percaya bahwa sang batu hitam telah berhasil disembunyikan selama tiga atau empat abad. Batu itu merupakan pemujaan utama atau wujud yang disakralkan dalam setiap tempat pemujaan yg dlm bhs Arab disebut kaabah. Batu yang dipuja tersebut yang melambangkan 
(simbol) bulan, dianggap sakral. Pemujaan kepada Keluarga Perbintangan Arab dengan Allah, yang merupakan bulan sebagai pimpinannya, berada seputar batu hitam tsb. Ellat, istri allah, adalah matahari, sementaraal-‘Uzza dan Manat, putri-putrinya, melambangkan dua planet. Kaum muslim percaya bahwa batu hitam sakral tsb datang dari allah, yang tadinya merupakan bulan sebelum digantikan dgn planet venus. JADI bagaimana mungkin sebuah batu hitam yang sangat dipuja dan dihormati oleh masyarakat dapat disembunyikan selagi mereka berperang untuk mempertahankan kehormatannya? 

Tidak mungkin utk mengatakan bahwa Kaum Jurhum yg kalah berhasil 
menyembunyikan batu yang sangat dipuja tanpa dilihat seorangpun, khususnya jika tempat itu adalah sebuah mata air, tempat mereka minum setiap hari saat berperang. Menyembunyikan batu yang dipuja dengan cara apapun adalah sangat tidak mungkin dibanding dengan menyembunyikan mata air itu sendiri. 

Kisah si batu hitam mempunyai beberapa implikasi penting: batu hitam tersebut tidak ada didekat Mekah sampai, barangkali, pada akhir abad 5M. Itu sebabnya mengapa tradisi islam berusaha mencari pembenaran atas ketidakhadiran batu tersebut dengan membuat cerita
-ceritayang tidak masuk akal. Oleh karena itu, kita dapat memperkirakan bahwa si batu hitam, yang merupakan wujud utama pemujaan di semua kaabah di jazirah arab, dibawa dari daerah LAIN – kemungkinan besar adalah YAMAN – pada akhir abad kelima masehi. 

Asa’d Abu Karb adalah orang yang sebenarnya membangun Kaabah pada awal abad kelima masehi 
Dikatakan bahwa sebelum pembangunan Kaabah, sebuah tenda telah ada pada tempat dimana bangunan tersebut kemudian dibangun.[2] 
Suku Khuzaa’h datang dari Yaman sekitar abad ke dua Masehi. Pada abad ke 4M, mereka berpindah ke daerah dimana selanjutnya Mekah kemudian dibangun. Dikarenakan mereka tidak mendapatkan sebuah tempat pemujaan, mereka mendirikan tenda di sebuah lapangan terbuka.

Informasi dari 
para penulis di abad 8M yang mendasarkan informasi pada masa muhammad, mengindikasikan bahwa kaabah telah dibangun pada awal abad 5M oleh pemimpin kaum penyembah berhala Himyarite dari Yaman yg bernamaAsa’d Abu Karb. Dia juga dipanggil sebagai Abu Karb Asa’d dan ia memerintah Yaman dari tahun 410 sampai 435M. Fakta yang diakui ahli sejarah islam bahwa Asa’d Abu Karb adalah penguasa pertama dalam sejarah yang mendandani kaabah adalah sebuah indikator yang penting bahwa dialah orang yang sebenarnya membangun kaabah.[4] 

Memperindah sebuah tempat pemujaan di jazirah arab adalah tahap pembangunan kedua. Hal itu termasuk penyelesaian dekorasi dinding bagian dalam, pemasangan karpet pada dinding
-dinding dan lantai, dan menambahkan tekstur dan benda-benda berkaitan pada bermacam-macambagian dari bagian dalam bangunan. (Orang-orang arab tidak akan berdoa di dalam tempat pemujaan yang tidak didekorasi). Asa’d Abu Karb mengambil buruh dari Azed untuk membangun dinding bagian dalam Kaabah. (Azed adalah sebuah suku dari Yaman pada saat yang sama dengan kedatangan suku Khuzaa’h.) Jadi Asa’d Abu Karb lah yang pertama kali membangun dan mendandani Kaabah, pastilah juga yang pertama kali membangunnya di saat masih berupa tenda di mana suku Khuzaa’h dari Yaman bersembahyang. Asa’d Abu Karb, juga dipanggil sebagai Tubb'a, menduduki kota Yathrib sebelum datang ke Mekah. [6] 

Kelihatannya ia menemukan banyak tempat pemujaan di Yathrib, tetapi sesampainya ia di Mekah, ia tidak menemukan satupun tempat pemujaan tersebut. Karena para penghuni adalah pendatang baru dari Yaman, Asa’d Abu Karb membangun tempat pemujaan yang penuh gaya dan khas Yaman. Dia melakukan hal tersebut untuk mempertautkan dirinya dengan penduduk. Dia juga menuliskan sebuah elegi di mana ia menceritakan mengenai matahari yang terbenam dalam mata air berlumpur hitam, sesuatu yang dimasukan Muhammad ke dalam Quran. 

Penambahan
-penambahan oleh Quraish pada bangunan yang dibangun Asa’d Abu Karb 

Quraish, suku Muhammad, kemudian hari menguasai Mekah. Mereka mendapatkan sebuah batu hitam dari Yaman sehingga tempat pemujaan mereka akan sama dengan semua kaabah lainnya yang mana, menurut pemujaan Keluarga Perbintangan jazirah arab, dibangun keliling sebuah batu hitam. Pemujaan terhadap keluarga bintang dimulai dari Yaman, dari tempat dimana kaum Quraish beremigrasi. Kaabah pertama yang dibangun Asa’d Abu Karb beratapkan kayu. Atap tersebut terbakar, kemudian mereka menggunakan kayu yang dibawa oleh sebuah kapal Byzantine yang berlabuh di lepas pantai Laut Mati di suatu daerah yang dinamakan al-Shaebieth. Pemilik kapal adalah seorang Koptik Mesir bernama Bachum. Dialah yang menjual kayu kepada mereka dan dibuat menjadi atap untuk kaabah.[7] Kemudian, ketika muhammad masih muda, wujud-wujud berikutnya masih ditambahkan pada bangunan yang sederhana.[8] 

Fakta-fakta tersebut tentang pembangunan tempat pemujaan di Mekah seharusnya menyebabkan kaum muslim mempertanyakan segala sesuatu yang dikatakan Ibn Ishak dan 
para rekannya mengenai kota itu, dalam upaya mendukung klaim muhammad didalam quran bahwa tempat pemujaan tersebut dibangun oleh Abraham dan Ismael. 

KAUM YAMAN BERTANGGUNG JAWAB ATAS PEMBANGUNAN TEMPAT PEMUJAAN DI MEKAH

Suku Khuzaa’h, penyembah berhala dari Yaman, membangun kota Mekah pada abad 4M. Jejak-jejak mereka diseluruh bangunan tempat pemujaan, menunjukkan bahwa tidak mungkin Abraham dan Ismael yang membangunnya 

Kita akan mendiskusikan karakteristik pemujaan Yaman yg melekat pada tempat pemujaan di Mekah. Perkataan dan kebiasaan muhammad disebut hadits. “Sahih Muslim” dan “Sahih Bukhari” merupakan buku-buku utama yang dapat dipercaya, berisikan kata-kata atau perbuatan muhammad. Dalam buku-buku tersebut, kita membaca mengenai kebiasaan muhammad memeluk dan mencium dua buah batu, Rukun Yaman dan batu hitam. Ibn Abbas, sepupu muhammad dan penulis dari hadits yang dapat dipercaya, menyebut ttg kebiasaan muhammad memeluk dua Rukun Yaman. Dengan Rukun Yaman, dia menunjuk pada batu hitam dan batu lainnya yang juga disebut sebagai Rukun.[9]
Dari hal tersebut kita mengetahui bahwa kaabah mempunya dua wujud utama yang juga disebut Rukun yang dianggap sakral, yaitu batu-batu di mana disekelilingnya dibangun kaabah. Inilah sebenarnya yang dipuja warga Mekah dan Muhammad. 

JADI KESIMPULANNYA : batu hitam tersebut dibawa dari Yaman pada masa Abdel Mutaleb, kakek muhammad. TAPI Islam mengklaim batu tersebut disembunyikan bersama dengan mata air Zamzam beberapa abad sebelum muhammad. Telah saya tunjukkan sebelumnya bahwa klaim demikian tidak mungkin benar. Faktanya adalah bahwa muhammad dan islam berusaha menghubungkan penyembah berhala dari Yaman yang merupakan nenek moyang muhammad, yang mana ditransfer dari Yaman ke tempat pemujaan di Mekah, dengan Abraham dan Ismael, walaupun ada bukti-bukti sejarah yang menunjukan sebaliknya. Kita akan melihat beberapa di antaranya. 

Pertama-tama, diakui secara luas bahwa Mekah dibangun pada abad 4M. Abu Karb Asa’d adalah yang pertama kali menyucikan kaabah yang menunjukkan bahwa dialah pembangun kaabah. Dia melakukannya dalam masa pemerintahannya di Yaman yaitu antara 410 dan 435M. Kedua Rukun, atau batu-batu yang merupakan wujud utama pemujaan di tempat pemujaan aslinya berasal dari Yaman. Waktu kemunculan pertama kalinya batu hitam tersebut di Mekah adalah pada masa kakek muhammad, sekitar tahun 495 dan 520M. Walaupun tradisi islam sadar akan fakta-fakta ini, Muslim TETAP menciptakan kisah-kisah yang tidak berdasar untuk menutupi celah
-celah sejarah. Telah saya buktikan bahwa kisah-kisah tersebut tidak masuk akal dan gampang dipatahkan. 

Faktor yang penting dalam melacak hasil kerja orang Yaman dalam pembangunan tempat pemujaan di Mekah dan mengukir waktu yang tepat atas pembangunan tempat pemujaan semacam itu dapat ditemukan di Kerajaan Himyarite di Yaman. Abu Karb Asa’d, raja yang memerintah kerajaan Himyarite, mencoba memperluas kerajaannya pada jazirah arab bagian barat tengah supaya dapat mengontrol jalur rempah-rempah dari Yaman ke utara jazirah arab dan daerah produktif bulan sabit. Abu Karb Asa’d yang juga dipanggil sebagai Tubb'a, menduduki kota-kota di tengah bagian barat jazirah arab pada permulaan abad kelima masehi. Di antara kota-kota tersebut adalah Mekah dan Yathrib, yang juga disebut al-medina. Strategi kaum pendudukan adalah menyatukan kota-kota tersebut pada kerajaannya dengan memperkuat sistim keagamaan Yaman yang telah dipeluk para penghuni Mekah dan Yathrib. Para penghuni Mekah adalah pendatang dari Yaman, jadi mereka orang asli Yaman. Yathrib dibangun oleh dua suku Yaman, Oas dan Khazraj. Mereka juga beremigrasi ke Yathrib setelah dam di Yaman rusak di sekitar tahun 150 masehi. Suku-suku ini hidup bersama dua suku Yahudi yaitu Bani Kharithah dan Bani Nathir yang sudah duluan ada. Abu Karb Asa’d asli Yaman. Ia membangun kaabah di Mekah untuk memperkuat kekuasaannya atas kota tersebut dan menunjukan niat baik pada para penduduk Mekah yang saat itu tidak memiliki tempat pemujaan untuk bersembahyang. Mereka, sama seperti dirinya, mempunyai kepercayaan yang sama pada penyembahan berhala. 
Pemikiran-pemikiran Tubb’a atas mitos-mitos penyembahan berhala orang Yahudi dan orang Yaman dan pengaruh mereka pada orang-orang arab di tengah bagian barat jazirah arab dan juga terhadap muhammad.

Tubb’a juga mencoba membangun jembatan penghubung dengn komunitas Yahudi di Yathrib. Dia mendengarkan pemikiran keagamaan mereka dan sumbernya. Dia mempelajari mithos orang Yahudi seperti legenda burung hoepoe yang mengabarkan tentang kerajaan Saba kepada Solomon. Mithos ini berasal dari buku-buku mithologi yang dinamakan sebagai Targum Ester kedua. Muhammad memasukan mithos yang sama ke dalam quran. 

Untuk memperlengkapi, Tubb’a membawa dua rabi Yahudi ke Yaman.[10] 
Mereka menambahkan pengetahuannya dengan mengajarkannya banyak sumber-sumber keagamaan Yahudi dan mitos-mitos, memudahkannya untuk mencampurkan bermacam-macam hal ke dalam latar belakang penyembahan berhala Yamannya dengan mithologi Yahudi dan kepercayaan keagamaan. Contohnya, ia menggabungkan pemujaan bintang arab dengan mithologi Yahudi. Denga npengetahuan yang beragam seperti itu, dia berpikir akan dapat mengontrol daerah di tengah bagian barat jazirah arab, di mana kaum Yahudi dan arab tinggal. Dia kemudian menyatakan dirinya seorang nabi, menerangkan banyak pemikiran yang dianggap orang Yaman tidak terbantahkan tentang matahari, bumi dan kosmos. Di Mekah, dalam usaha menyakinkan para pendengarnya bahwa ia adalah seorang nabi, dia mengajarkan bahwa matahari terbenam di mata air yang berlumpur hitam.[11] Mitos ini pula yang dimasukan muhammad ke dalam quran.

Setelah kematiannya, klaim Tubb’a meninggalkan kesan yang mendalam pada banyak kelompok masyarakat, bahkan pada kelompok-kelompok yang hidup hingga masa muhammad. Muhammad menganggap dia sebagai seorang muslim dan hampir sebagai seorang nabi.[12] 
Ada pula mithos mengenai Tubb’a di antara kaum arab. Al-Taberi menyanjung kemenangan-kemenangannya di China dan Tibet. Sama sekali tidak berdasar sejarah, tetapi hal itu menunjukan betapa besar pengaruh Tubb’a atas orang-orang arab pada masa muhammad, pada soal mana banyak yang menganggap dia sebagai seorang nabi. 

Kaabah di Mekah dibangun untuk pemujaan bintang
-bintang Arab dan jelas mempunyai kesamaan pada semua karakteristik kaabah-kaabah (kuil tempat pemujaan) yang dibangun untuk bersembahyang 
Fakta bahwa tempat pemujaan di Mekah dibangun sebagai kaabah untuk pemujaan bintang arab ditunjukan dalam banyak hal. Pertama bahwa bangunan tersebut dibangun dengan gaya arsitektur yang sama dengan kaabah lain di jazirah arab. Semuanya adalah tempat pemujaan yang sama untuk agama keluarga bintang arab di mana allah dianggap sebagai pimpinan dan ellat adalah istrinya. Semua kaabah mempunyai sebuah batu hitam sebagai wujud yang paling dipuja. Ia melambangkan bintang tuhan di jazirah arab. Banyak dari batu hitam tersebut adalah meteorit yang oleh orang arab jatuh ke bumi. Mereka berpikir bahwa meteorit tersebut adalah duta dari bulan yang diangap sebagai allah itu sendiri. Ini sebelum gelar tersebut diberikan pada venus yang menggantikan bulan sebagai pimpinan keluarga bintang. 

Hal lain yang menunjukkan bahwa kaabah di Mekah dibangun sebagai tempat pemujaan bintang arab adalah bahwa kaabah Mekah merefleksikan anggota-anggota keluarga 
rasibintang dalam banyak wujud. Pintu utama kaabah disebut sebagai “ pintu pemuja matahari”,[14] istri dari allah. 
Muhammad mengkonfirmasikan bahwa kepercayaan asli kaabah adalah dari orang Yaman 
Peranan agama penyembah berhala orang Yaman dalam bangunan tempat pemujaan di Mekah dan sifat alamiah agama tersebut tidak dapat disembunyikan. Bahkan muhammad menerima bahwa system keagamaan di Mekah sebagai asli dari Yaman. Muhammad banyak menyuarakan hadits mengenai sumber asal kepercayaan kaabah adalah dari Yaman. Pengajaran tersebut dilaporkan dalam hadits yang dapat dipercaya, buku al-Bukhari di dalam mana muhammad berkata : “Kepercayaan orang Yaman dan kebijaksanaan orang Yaman”. Dalam hadits lain, ia berkata : “Doktrin dan hal-hal berkaitan dengan hokum adalah dari orang Yaman”.[15] Maka, bukan hanya Rukun, batu yang sacral di kaabah, yang dari Yaman, tetapi juga hukum-hukum keagamaan, doktrin dan kepercayaan adalah dari orang Yaman. Ada bukti tidak terbantahkan bahwa tempat pemujaan di Mekah dibangun oleh pemimpin Yaman menurut gaya dan detail penyembahan berhala ala Yaman. Ia mendirikan ritual keagamaan Yaman di Mekah dan itu diketahui oleh bagian lain dari jazirah arab. Bagaimana kemudian, Abraham bisa membangun kaabah, jika apa yang telah kita pelajari mengenai pembangunannya adalah benar? Bagaimana mungkin batu hitam dating dari surga dan bagaimana Abraham mempersembahkan korban di atasnya, dan membangun kaabah di sekelilingnya, jika batu tersebut tidak berada di Mekah sebelum abad kelima masehi? Bagaimana mungkin ajaran muhammad dating dari allah melalui malaikat Gabriel dan tetap berasal dari Yaman? 

Cendekiawan mesir yang terpandang, Tah Hussein, telah mengkritik islam karena menghubungkan pembangunan tempat pemujaan di Mekah dengan Abraam dan Ismael.[16] Tah mengatakan: 
• Kasus tersebut pada episode ini sangat jelas karena waktu yang relatif baru dan muncul bersamaan dengan munculnya islam. Islam telah mengeksploitasinya untuk alasan keagamaan.[17] 

Jika kaum muslim mencari data dengan seksama dalam sejarah, seperti yang dilakukan oeh cendekiawan besar Mesir ini, mereka akan sampai pada kesimpulan yang sama.
 

Menentukan waktu suku Khuzaa’h membangun Mekah 
Banyak elemen sejarah membantu kita menentukan waktu pembangunan Mekah yang tepat. Satu factor utama yaitu kerusakan yang terjadi pada dam di Ma’rib di Yaman sekitar tahun 150 masehi. Hal tersebut menyebabkan banya keluarga dan suku-suku beremigrasi dari Yaman ke Utara. Salah satu dari 
keluarga-keluarga tersebut adalah keluarga Amru bin Amer, seorang individu Yaman yang keturunannya bersaudara dengan banyak suku-suku. Di antaranya adalah Khuzaa’h yang berdiam di bagian tengah bagian barat jazirah arab. Kemudian mereka membangun kota Mekah. 

Suku-suku lain yang datang dari Amru bin Amer adalah Oas dan Khazraj. Mereka berdiam di Yathrib, yang juga dinamakan sebagai al-medina, di mana suku-suku Yahudi, Bani Kharithat dan Bani Nathir juga telah berdiam.

Dari tulisan Tabari, ahli sejarah terkenal arab, kita mengetahui bahwa kejadiannya hamper bersamaan dengan perpindahan Lakhsmids dari Yaman ke Mesopotamia. Juga diwaktu yang bersamaan, Amru bin Amer, bapak kaum Khuzaa’h, pindah dari Yaman.[18] 
Kaum Lakhsmids dating dari Yaman di abad kedua masehi. Mereka berdiam di daerah Mesopotamia yang belakangan diketahui sebagai kota Hira. Kemudian orang-orang Persia menggunakan mereka sebagai penjaga perbatasan dengan kekaisaran Byzantine yang mendominasi Syria. Raja Laksmids pertama adalah Amr I bin Adi, yang memerintah dari tahun 265–295 masehi.[19] Begitu seriusnya kerusakan dam di Ma’rib, mempercepat emigrasi dari suku-suku seperti Ghassan yang berdiam di perbatasan dengan Byzantine, Shammar yang berdiam di gurun pasir Syria dan suku-suku lainnya yang beremigrasi ke utara jazirah arab dan daerah produkrif di daerah bulan sabit.[20] Beberapa dari suku-suku ini mempunyai hubungan kekerabatan karena merupakan keturunan dari Amru bin Amer.[21] Suku-suku lain yang dating pada saat runtuhnya dam di Ma’rib adalah suku Oas dan Khazraj. Mereka tinggal di al-medina. Ozd al-Sarat pergi ke al-Sarat, sebuah tempat dekat Orfeh di sebuah daerah di mana kemudian Mekah dibangun. Suku Khuzaa’h menghuni tempat yang disebut Mur yang juga disebut sebagai Mur al-Thahran,[22] sebuah tempat lain yang juga dekat dengan tempat di mana kemudian Mekah dibangun.[23] 
Mekah dibangun oleh kaum Khuzaa’h sebagai stasiun yang terisolasi dari jalur rempah-rempah 
Pada saat itu, tidak ada kota bernama Mekah di daerah tersebut, jikalau ada, Khuzaa’h dan Ozd telah menghuninya, seperti Oas dan Khazraj menghuni kota Yathrib. Sampai dengan lebih dari satu setengah abad, kaum Khuzaa’h tetap berada di daerah sekitar area di mana kemudian Mekah dibangun. Kemudian mereka memutuskan membangun sebuah stasiun di jalur caravan, di mana para pedagang dapat beristirahat dan berbisnis. Jika Mekah telah ada sebelum kaum Khuzaa’h beremigrasi dari Yaman, Mekah akan menjadi kota tujuan di mana mereka mencari penghidupan, seperti suku-suku kerabat mereka, Oas dan Khazraj, pergi ke Yathrib untuk mencari peruntungan dari perdagangan dan aktivitas pertanian suku-suku Yahudi di sana. Tetapi bukan Khuzaa’h maupun Ozd, sebagai pendatang baru di daerah yang hampir dikosongkan, dekat daerah di mana kemudian Mekah di bangun, menemukan kota yang menerima mereka ketika mereka meninggalkan Yaman. Mereka menunggu lebih dari 170-200 tahun sebelum membangun seuah kota di jalur caravan yang menjadi stasiun untuk karavan-karavan bersaing dengan Yathrib yang berjarak sekitar 200 mil jauhnya. Stasiun yang dibangun mereka, diberi nama Mekah.

Penting untuk dicatat, bahwa tidak satu sukupun yang datang dari Yaman menghuni Mekah. Jika Mekah sudah ada pada saat dam di Ma’rib rusak parah, sekitar tahun 150 masehi, kita akan menemukan banyak suku hidup di Mekah karena dekat dengan Yaman, dibandingkan dengan Yathrib yang lebih jauh. Tetapi karena daerah di mana kemudian Mekah dibangun adalah daerah yang kosong dan tidak mempunyai kota-kota, menarik suku-suku seperti Ozd dan Khuzaa’h mendiami daerah tersebut. Mereka melakukannya walaupun mereka sebelumnya tinggal di sebuah kota dengan peradaban di Yaman yaitu Ma’rib, ibukota Saba. Ini argument penting yang menunjukan bahwa Mekah tidak pernah ada sebelum kaum Khuzaa’h membangun kota tersebut pada abad keempat masehi.

Mari kita mereview fakta-fakta bersejarah ini. Telah saya tunjukan bahwa suku Khuzaa’h dari Yaman yang membangun kota Mekah pada abad keempat masehi. Kita telah melihat hubungan antara tempat pemujaan di Mekah dengan agama penyembah berhala dari Yaman. Semua hal ini menunjukan klaim islam mengenai pembangunan tempat pemujaan di Mekah oleh Abraham dan Ismael bertentangan dengan fakta-fakta sejarah yang benar. Membangun kepercayaan di atas pasir adalah tidak bijak. Saya berdoa semoga teman
-temanmuslim akan kembali kepada agama yang benar seperti yang ditemukan dalam sejarah dan dikisahkan dalam Bible. Dalam Bible mereka dapat menemukan pondasi yang kuat, terdokumentasi secara tertulis dalam kitab-kitab penuh makna dan dianggap oleh para sejarahwan sebagai sumber yang akurat untuk sejarah kuno. 
________________________________________ 
[1] Tarikh al-Tabari, I, page 524 
[2] Al-Azruqi, Akhbar Mecca, 1/6 
[3] A. Jamme, W.F., Sabaean Inscriptions from Mahram Bilqis (Ma'rib), the Johns Hopkins Press, Baltimore, 1962, Volume III, page 387; there are also Texts numbered by G. Ryckmans after himself, G. Ryckmans, Le Museon 66 (1953), pages 363-7, p1.V; quoted by K.A. Kitchen , Documentation For Ancient Arabia, Part I, Liverpool University Press, 1994, page 219 
[4] Al-Azruqi, Akhbar Mecca, 1:173; Yaqut al-Hamawi, Mujam al-Buldan, 4:463 
[5] Ibn Saad, Tabakat, 1, page 64 
[6] Ibn Hisham 1, page 20 
[7] Halabieh 1, page 235; Ibn Hisham I, page 157; al-Azruqi, Akhbar Mecca I, page 104 
[8] Tarikh al-Tabari, I, page 526 
[9] Sahih Muslim 9, page 15 
[10] Tarikh al-Tabari, I, page 426-428; al-Ya'akubi I, page 226 
[11] Tarikh al-Tabari, I, page 429 
[12] Halabieh I, page 280 
[13] Tarikh al-Tabari, I, pages 331, 332, 360 
[14] Halabieh I, page 236 
[15] Al-Bukhari 5, page 122; Halabieh I, page 259 
[16] Quotation by Alessandro Bausani, L’Islam, Garzanti Milano, 1980, page 208 
[17] Quoted in Mizan al-Islam by Anwar al-Jundi, page 170 ;Behind the Veil, page 184 
[18] Tarikh al-Tabari, I, pages 431 and 360 also mentioned the emigration to the area of Hira in Mesopotamia of tribes descended from Maad bin Adnan from Yemen. 
[19] K.A. Kitchen, Documentation For Ancient Arabia, Part I , Liverpool University Press, 1994, page 251 
[20] James Montgomery, Arabia and the Bible, University of Pennsylvania Press, Philadelphia, 1934, page 126; Montgomery also quotes Philby, The Heart of Arabia, II, page 97 
[21] Ibn Hisham I, page 12 
[22] Ibn Hisham I, page 13 
[23] The commentators on Ibn Hisham I, page 13 

_________________
Qui se laudari gaudent verbis subdolis, sera dat poenas turpes paenitentia (Barangsiapa gembira dengan kata-kata penuh tipuan, maka penjelasan yang tiba belakangan akan memberikan hukuman yang memalukan)
. 
Phaedrus 15 BC-AD 50.
sumber:
http://religionresearchinstitute.org/mecca/construction.htm
http://islamexpose.blogspot.com/2008/08/kisah-sesungguhnya-tentang-kaabah.html

Terjemahan

 
Copyright © 2011. Islam Dalam Fakta - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger