Ide ini berasal dari Abdullah bin Zaid. Semula Muhammad ingin meniru-niru Yahudi memakai terompet, dan memakai lonceng seperti orang Nasrani. Namun kemudian niat itu dibatalkan setelah mendapatkan ide dari Abdullah bin Zaid.
Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 1 Halaman 461
Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 1 Halaman 461
- Ibnu Ishaq berkata, "Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam merasa nyaman tinggal di Madinah, saudara-saudara beliau dari kaum Muhajirin berkumpul dengan beliau dan persatuan kaum Anshar telah tercapai, Islam pun mulai menguat; shalat dijalankan, zakat dan puasa diwajibkan, hudud (hukuman) dilaksanakan, hal-hal yang halal dan hal-hal yang haram diwajibkan dan Islam mendapat tempat di tengah-tengah mereka. Perkampungan Anshar adalah orang-orang yang menyediakan tempat bagi kaum Muhajirin dan beriman. Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tiba di Madinah, kaum Muslimin berkumpul untuk menunaikan shalat karena waktunya telah tiba tanpa seruan (adzan). Oleh karena itu, beliau ingin membuat terompet seperti orang-orang Yahudi membuat terompet untuk mengajak kaum Muslimin kepada shalat, namun beliau membatalkannya. Kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memerintahkan pembuatan lonceng untuk memanggil kaum Muslimin kepada shalat."
Mimpi Abdullah bin Zaid
Ibnu Ishaq berkata, "Ketika kaum Muslimin berada dalam kondisi seperti di atas, tiba-tiba Abdullah bin Zaid bin Tsa'labah bin Abdu Rabbihi saudara Bani Al-Harits bin Al-Khazraj bermimpi melihat seruan shalat. la menghadap kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam chn berkata kepada beliau, 'Wahai Rasulullah, pada malam ini aku bermimpi melihat seseorang berpakaian hijau berjalan melewatiku dengan membawa lonceng. Aku bertanya kepadanya, `Hai hamba Allah, apakah engkau berniat menjual loncengmu?' Orang tersebut menjawab, `Apa yang akan engkau kerjakan dengan lonceng ini?' Aku menjawab, `Aku gunakan untuk memanggil orang kepada shalat.' Orang tersebut berkata, `Maukah engkau aku tunjukkan yang lebih baik daripada lonceng ini?' Aku berkata, `Apa itu?' Orang tersebut berkata, `Hendaknya engkau berkata, Allahu akbar. Allahu akbar. Allahu akbar. Allahu akbar. Asyhadu an laa ilaaha illallah. Asyhadu an laa ilaaha illallah. Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah. Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah. Hayya alash shalah. Hayya alash shalah. Hayya alal falah. Hayya alal falah. Allahu akbar. Allahu akbar. Laa ilaaha illallah. '
Setelah Abdullah bin Zaid menceritakan mimpinya kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, beliau bersabda, "Sesungguhnya itu mimpi yang benar insya Allah. Berdirilah engkau bersama Bilal, kemudian ucapkan lafal adzan tersebut kepada Bilal. Hendaklah Bilal beradzan dengan adzan tersebut, karena suara Bilal lebih keras daripada suaramu.'
Ketika Bilal sedang mengumandangkan adzan tersebut, maka Umar bin Khaththab yang sedang berada di rumahnya mendengar adzan tersebut. Ia segera pergi menghadap Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dengan menyeret kainnya. Ia berkata. `Wahai Nabi Allah, demi Dzat yang mengutusmu dengan membawa kebenaran, sungguh aku bermimpi melihat seperti yang dilihat Abdullah bin Zaid dalam mimpinya.' Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, `Segala puji bagi Allah atas hal ini'."
Ibnu Ishaq berkata bahwa hadits di atas disampaikan kepadaku oleh Muhammad bin Ibrahim bin Al-Harts dari Muhammad bin Abdullah bin Zaid bin Tsa'labah bin Abdu Rabbihi dari ayahnya.
Mimpi Umar bin Khaththab Radhiyallahu Anhu
Ibnu Hisyam berkata bahwa Ibnu Juraik menyebutkan bahwa Atha berkata kepadaku bahwa aku mendengar Umair Al-Laitsi berkata,
"Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bermusyawarah dengan para sahabat tentang lonceng untuk memanggil kaum Muslimin kepada shalat. Ketika Umar bin Khaththab ingin membeli dua kayu untuk membuat lonceng. tiba-tiba ia bermimpi dalam tidurnya. Dalam mimpinya, Umar bin Khaththab mendapat pesan, `Hendaknya kalian tidak menjadikan lonceng sebagai cara untuk memanggil manusia kepada shalat, namun hendaklah kalian adzan untuk shalat.' Umar bin Khaththab menghadap Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam untuk menceritakan mimpinya kepada beliau. Sebelum itu, Rasulullah Shal/allahuAlaihi wa Sallam telah mendapatkan wahyu tentang adzan i{ekagetan Umar bin Khaththab belum hilang, tiba-tiba Bilal mengumandangkan adzan. Rasulullah ShallallahuAlaihi wa Sallam bersabda ketika Umar bin Khaththab menceritakan mimpinya, `Hal ini telah didahului wahyu'."
Doa Bilal Radhiyallahu Anhu sebelum Shubuh
Ibnu Ishaq berkata bahwa Muhammad bin Ja'far bin Az-Zubair berkata kepadaku dari Urwah bin Az-Zubair dari seorang wanita dari Bani An-Najjar yang berkata,
"Rumahku adalah rumah yang paling panjang di sekitar masjid dan Bilal biasa mengumandangkan adzan shubuh di masjid pada setiap pagi. Pada waktu sebelum shubuh (waktu sahur), Bilal datang lalu duduk di depan rumah menunggu datangnya shubuh. Jika waktu shubuh telah tiba, ia membentangkan badannya, kemudian ia berdoa, `Ya Allah, sesungguhnya aku
memuji-Mu dan meminta pertolongan-Mu agar orang-orang Quraisy tidak mengalahkan agama-Mu.' Setelah itu, Bilal mengumandangkan adzan. Demi Allah, aku lihat Bilal tidak pernah meninggalkan doanya tersebut."
Sumber : Mengenal Islam
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !