Siapa yang Muhammad perjuangkan: Allah ataukah status dirinya?
Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 2 halaman 374:
Kalau Muhammad memperjuangkan Awloh, bukankah seharusnya dia merasa senang karena seorang Abu Sufyan yang Pagan akhirnya mau mengakui bahwa Awloh cuma satu-satunya Tuhan yang layak disembah?
Tapi, mari kita lihat percakapan selanjutnya:
Bagaimana kita bisa percaya kalau Muhammad benar-benar nabi yang memperjuangkan ketauhidan awlohnya, sedangkan dia seorang egois, bahkan tidak menghormati awlohnya sendiri? Demi kepentingan dirinya sendiri, demi status kerasulannya, dia lebih suka Abu Sufyan mati dipenggal daripada Abu Sufyan hidup dengan menyembah awlohnya.
Dari sini terlihat, bahwa Muhammad sebenarnya tidak sedang memperjuangkan awlohnya agar disembah sebagai satu-satunya tuhan oleh manusia, tapi dia memperjuangkan dirinya sendiri agar diakui rasul oleh manusia. Dia lebih suka manusia mati, daripada manusia hidup menyembah awloh tapi tidak mau mengakuinya rasul.
Bukankah orang yang sudah mati, tidak bisa lagi menyembah awloh? Dengan demikian awloh kehilangan penyembahnya.
Muhammad lebih suka hal demikian terjadi, daripada awloh disembah tapi dirinya tidak diakui rasul.
Sekali lagi,
Muhammad lebih suka awloh tidak disembah daripada awloh disembah tapi si penyembah itu tidak mengakuinya rasul; itulah pesan yang kita dapatkan dari kisah masuk Islamnya Abu Sufyan di atas.
Siapa dari kalian yang masih tidak yakin Muhammad itu nabi gadungan?
Sangat jelas terlihat, dia sangat menginginkan jabatan itu.
Sumber : Mengenal Islam
Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 2 halaman 374:
- Al-Abbas bin Abdul Muththalib berkata, "Aku membawa pergi Abu Sufyan bin Harb ke tempat istirahatku dan ia menginap di tempatku. Esok paginya, aku membawa Abu Sufyan bin Harb ke tempat Rasulullah SAW. Ketika beliau melihat Abu Sufyan bin Harb, beliau bersabda, "Celakalah engkau wahai Abu Sufyan, apakah belum tiba waktu bagimu untuk mengetahui bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah?"
Abu Sufyan menjawab: “Aku percaya akan hal itu.”
Kalau Muhammad memperjuangkan Awloh, bukankah seharusnya dia merasa senang karena seorang Abu Sufyan yang Pagan akhirnya mau mengakui bahwa Awloh cuma satu-satunya Tuhan yang layak disembah?
Tapi, mari kita lihat percakapan selanjutnya:
- Muhammad lalu berkata kepadanya: "Celakalah engkau wahai Abu Sufyan, bukankah ini saatnya bagimu untuk mengetahui bahwa aku adalah Rasul Allah?”
Abu Sufyan menjawab: “Demi Allah, wahai Muhammad, hatiku ragu akan hal ini.”
Al-Abbas bin Abdul Muththalib berkata kepada Abu Sufyan bin Harb: “Celakalah engkau wahai Abu Sufyan,masuk Islamlah! Bersaksilah bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah Utusan Allah sebelum lehermu dipenggal dengan pedang.”
Bagaimana kita bisa percaya kalau Muhammad benar-benar nabi yang memperjuangkan ketauhidan awlohnya, sedangkan dia seorang egois, bahkan tidak menghormati awlohnya sendiri? Demi kepentingan dirinya sendiri, demi status kerasulannya, dia lebih suka Abu Sufyan mati dipenggal daripada Abu Sufyan hidup dengan menyembah awlohnya.
Dari sini terlihat, bahwa Muhammad sebenarnya tidak sedang memperjuangkan awlohnya agar disembah sebagai satu-satunya tuhan oleh manusia, tapi dia memperjuangkan dirinya sendiri agar diakui rasul oleh manusia. Dia lebih suka manusia mati, daripada manusia hidup menyembah awloh tapi tidak mau mengakuinya rasul.
Bukankah orang yang sudah mati, tidak bisa lagi menyembah awloh? Dengan demikian awloh kehilangan penyembahnya.
Muhammad lebih suka hal demikian terjadi, daripada awloh disembah tapi dirinya tidak diakui rasul.
Sekali lagi,
Muhammad lebih suka awloh tidak disembah daripada awloh disembah tapi si penyembah itu tidak mengakuinya rasul; itulah pesan yang kita dapatkan dari kisah masuk Islamnya Abu Sufyan di atas.
Siapa dari kalian yang masih tidak yakin Muhammad itu nabi gadungan?
Sangat jelas terlihat, dia sangat menginginkan jabatan itu.
Sumber : Mengenal Islam
Hati hati tulisanmu harimaumu, hati hati bertutur kata jika tidak ingin dikatakan sesat
BalasHapus