Ide ini berasal dari Al-Barra bin Ma'rur.
Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 1 Halaman 398-399
Jadi jelaslah sudah, bahwa ide sholat menghadap Kabah (rumah 360 berhala) adalah berasal dari Al-Barra bin Ma'rur.
Di kemudian hari, setelah Barra meninggal, Muhammad mengarang ayat tentang pemindahan kiblat dari Yerusalem (baitul maqdis) ke Mekkah di mana terdapat Kabah (360 berhala):
Ide Al-Barra itu tidak salah, karena memang di situlah letak kedudukan tuhannya Muhammad. Ayat berikut dikarang Muhammad jauh sebelum peristiwa baiat Al-Aqabah:
Tuhannya ada di Kabah, maka sungguh tepat kalau sholatnya juga harus menghadap Kabah.
Ide Al-Barra benar-benar ide yang sangat brilian yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan oleh Muhammad.
Sumber : Mengenal Islam
Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 1 Halaman 398-399
- Al-Barra' bin Ma'rur Shalat Sendirian Menghadap Ka'bah
Ibnu Ishaq berkata bahwa Ma'bad bin Ka'ab bin Malik bin Abu Ka'ab bin Al-Qain, saudara Bani Salimah berkata kepadaku bahwa saudaranya. Abdullah bin Ka'ab, orang Anshar yang paling pandai berkata kepadanya. bahwa ayahnya, Ka'ab berkata kepadanya -Ka'ab hadir pada peristiwa baiat Al-Aqabah Kedua dan ikut berbaiat kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam-, "Kami berangkat bersama para jama'ah haji kaum kami yang masih musyrik. Kami terbiasa shalat dan belajar. Ikut bersama kami AI-Barra' bin Ma'rur, pemimpin dan orang tua kami.
Ketika kami telah siap untuk berangkat dan keluar dari Madinah, Al-Barra' bin Ma'rur berkata, `Hai kaumku, demi Allah, aku mempunyai pendapat. Aku tidak tahu, apakah kalian sependapat denganku dalam hal ini atau tidak?' Kami bertanya, `Apa itu?'
Al-Barra' bin Ma'rur berkata, `Aku berpendapat bahwa aku tidak akan meninggalkan Ka'bah berada di belakang punggungku dan aku tidak berhenti dari shalat menghadap kepadanya.' Kami berkata, `Demi Allah, kami mendapatkan informasi bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam shalat menghadap Syam (Baitul Maqdis) dan kami tidak ingin menentang beliau.'
Al-Barra' bin Ma'rur berkata, `Sungguh, aku akan shalat menghadap Ka'bah.' Kami berkata, `Kami tidak akan melakukannya.'
Jika waktu shalat telah tiba, kami shalat menghadap Syam (Baitul Maqdis), sedang Al-Barra' bin Ma'rur menghadap Ka'bah, hingga kami tiba di Makkah. Kami dibuat lelah oleh tindakan Al-Barra' bin Ma'rur, karena ia tidak mau shalat kecuali dengan caranya sendiri. Ketika kami telah tiba di Makkah, Al-Barra' bin Ma'rur berkata kepadaku. `Hai anak saudaraku, pergilah kepada Rasulullah ShallallahuAlaihi wa Sallam dan bertanyalah kepadanya tentang perbuatanku selama dalam perjalanan. Karena demi Allah, aku melihat telah terjadi sesuatu pada diriku ketika aku melihat kalian menentang perintahku.'
Kami pun pergi kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Kami tidak kenal beliau dan tidak pernah melihat beliau sebelumnya. Kami bertemu dengan salah seorang dari penduduk Makkah, kemudian kami bertanya kepadanya tentang Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Orang tersebut berkata, `Apakah kalian kenal dengannya?' Kami menjawab, `Tidak.' Orang tersebut bertanya, `Apakah kalian kenal pamannya, Al-Abbas bin Abdul Muththalib?' Kami menjawab, `Ya, kami kenal dengannya. Kami kenal Al-Abbas, karena ia sering datang kepada kami untuk berdagang.' Orang tersebut berkata, 'Jika kalian masuk ke dalam masjid, maka orang yang sedang duduk bersama Al-Abbas itulah yang kalian cari.' Kemudian kami masuk ke dalam masjid, ternyata di dalamnya terdapat Al-Abbas bin Abdul Muththalib sedang duduk dan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam duduk bersamanya. Kami ucapkan salam dan duduk kepadanya. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bertanya kepada Al-Abbas, `Hai Abu Al-Fadhl, apakah engkau kenal dengan dua orang ini?' Al-Abbas menjawab, 'Ya. Ini Al-Barra' bin Ma'rur, tokoh di kaumnya dan ini ialah Ka'ab bin Malik.' Demi Allah, aku tidak lupa akan pertanyaan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, `Apakah Ka'ab bin Malik yang penyair itu?' Al-Abbas menjawab, 'Ya betul.'
Al-Barra' bin Ma'rur berkata kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, `Wahai Nabi Allah, sesungguhnya aku berada dalam perjalanan ini dan Allah telah memberiku petunjuk kepada Islam, kemudian aku berpendapat untuk tidak menjadikan Ka'bah berada di belakang punggungku, kemudian aku shalat menghadap kepadanya. Sikapku itu tidak disetujui sahabat-sahabatku hingga terjadi sesuatu dalam diriku, maka bagaimana pendapatmu, wahai Rasulullah?'
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, `Engkau telah berada dalam kiblat, jika engkau bersabar terhadapnya.'
Kemudian Al-Barra' kembali kepada kiblat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan shalat bersama kami menghadap ke Syam (Baitul Maqdis). Ada yang mengatakan Al-Barra' tetap shalat menghadap ke Ka'bah hingga ia meninggal dunia. Ini tidak benar, karena kami lebih tahu tentang AI-Barra' bin Ma'rur daripada orang-orang tersebut."
lbnu Hisyam berkata bahwa Aun bin Ayyub Al-Anshar berkata, Di kalangan kami, terdapat manusia pertama yang shalat Menghadap Kabah Ar-Rahman di antara Masyair. Yang dimaksud dengan manusia pertama tersebut ialah Al-Barra' bin Ma'rur.
Jadi jelaslah sudah, bahwa ide sholat menghadap Kabah (rumah 360 berhala) adalah berasal dari Al-Barra bin Ma'rur.
Di kemudian hari, setelah Barra meninggal, Muhammad mengarang ayat tentang pemindahan kiblat dari Yerusalem (baitul maqdis) ke Mekkah di mana terdapat Kabah (360 berhala):
- QS 2:144. Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.
QS 2:149. Dan dari mana saja kamu keluar (datang), maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram, sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu yang hak dari Tuhanmu. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.
QS 2:150. Dan dari mana saja kamu (keluar), maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu (sekalian) berada, maka palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim diantara mereka. Maka janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku (saja). Dan agar Ku-sempurnakan nikmat-Ku atasmu, dan supaya kamu mendapat petunjuk.
Ide Al-Barra itu tidak salah, karena memang di situlah letak kedudukan tuhannya Muhammad. Ayat berikut dikarang Muhammad jauh sebelum peristiwa baiat Al-Aqabah:
- QS 27:91. Aku hanya diperintahkan untuk menyembah Tuhan negeri ini (Mekah) Yang telah menjadikannya suci dan kepunyaan-Nya-lah segala sesuatu, dan aku diperintahkan supaya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.
Tuhannya ada di Kabah, maka sungguh tepat kalau sholatnya juga harus menghadap Kabah.
Ide Al-Barra benar-benar ide yang sangat brilian yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan oleh Muhammad.
Sumber : Mengenal Islam
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !