Headlines News :
Home » , , » Muhammad Menteror Dengan Membakar Rumah Dan Masjid

Muhammad Menteror Dengan Membakar Rumah Dan Masjid

Written By Islam Dalam Fakta on Selasa, 01 Januari 2013 | 02.52

Muhammad memerintahkan pengikutnya membakar rumah gara-gara rumah itu dijadikan tempat berkumpul orang-orang muslim yang menolak ikut jihad ke Tabuk
    Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 2 Halaman 477

    Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Memerintahkan Pembakaran Rumah Tempat Berkumpulnya Orang-orang Munafik

    Ibnu Hisyam berkata, orang yang aku percayai berkata kepadaku dari seseorang yang berkata kepadanya dari Muhammad bin Thalhah bin Abdurrahman dari Ishaq bin Ibrahim bin Abdullah bin Haritsah dari ayahnya dari kakeknya yang berkata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menerima laporan bahwa sejumlah orang-orang munafik berkumpul di rumah Suwailim -orang Yahudi- yang terletak di Jasum. Orang-orang munafik menggembosi manusia agar mereka tidak berangkat bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam di Perang Tabuk. Untuk itu, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengutus Thalhah bin Ubaidiyyah beserta sejumlah sahabat dan memerintahkan mereka membakar rumah Suwailim. Thalhah bin Ubaidillah dan anak buahnya melaksanakan perintah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Adh-Dhahhak bin Khalifah meloncat dari atas rumah Suwailim hingga kakinya patah diikuti sahabat-sahabatnya. Tentang kejadian tersebut, Adh-Dhahhak bin Khalifah berkata,
    Demi rumah Allah, Adh-Dhahhak dan Ibnu Uwairiq nyaris membakar dengan api Muhammad
    Aku naik ke rumah kecil Suwailim
    Aku jatuh hingga kaki dan sikuku patah
    Salam sejahtera untuk kalian, aku tidak akan mengulanginya lagi
    Aku takut dan siapa saja yang terkepung oleh api tersebut, ia terbakar' "

    Ibnu Ishaq berkata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tetap bersemangat untuk berangkat, memerintahkan manusia bersiap-siap dan menyingsingkan lengan baju, menghimbau orang-orang kaya agar mereka berinfak, dan menanggung biaya jihad di jalan Allah. Kemudian sejumlah sahabat-sahabat yang kaya menanggung biaya jihad karena mengharap pahala Allah. Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhu berinfak dalam jumlah besar dimana tidak ada seorang pun yang berinfak sebesar itu."

Sepulangnya dari Tabuk, Muhammad memerintahkan pengikutnya membakar masjid di Dzu Awan hanya gara-gara dengki

    Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 2 Halaman 491

    Ibnu Ishaq berkata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam melanjutkan perjalanan hingga tiba di Dzu Awan, daerah yang berjarak beberapa jam perjalanan dengan Madinah. Dulu, ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengadakan persiapan untuk berangkat ke Tabuk, para pemilik masjid Dhirar datang kepada beliau dan berkata, `Wahai Rasulullah, kami membangun masjid bagi orang yang sakit, orang miskin, malam yang hujan, dan malam yang gelap gulita. Kami ingin engkau datang kepada kami kemudian mengerjakan shalat bersama kami di masjid tersebut.' 

    Ketika itu, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, `Aku akan bepergian dan sedang sibuk,' atau seperti dikatakan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, `Jika kami datang dari kepergian kami, insya Allah kami akan datang kepada kalian, kemudian mengerjakan shalat bersama kalian di masjid tersebut.' 

    Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berhenti di Dzu Awan, beliau mendapat khabar tentang masjid tersebut, kemudian beliau memanggil Malik bin Ad-Dukhsyum saudara Bani Salim bin Auf dan Ma'na bin Adi atau saudaranya yang bernama Ashim bin Adi yang keduanya adalah saudara Bani AI-Ajlan, dan bersabda kepada keduanya, `Pergilah kalian berdua ke masjid tersebut di mana para penghuninya telah berbuat dhalim, kemudian hancurkan dan bakarlah masjid tersebut.' 

    Kedua sahabat tersebut segera berangkat hingga tiba di Bani Salim bin Auf yang merupakan keluarga Malik bin Ad-Dukhsyum. Malik bin Ad-Dukhsyum berkata kepada Ma'na, `Tunggu aku di sini hingga aku datang lagi kepadamu dengan membawa api dari keluargaku.' Malik bin Ad-Dukhsyum masuk kepada keluarganya untuk mengambil pelepah pohon kurma dan menyalakannya. Setelah itu, kedua sahabat tersebut berangkat dengan cepat dan masuk ke masjid tersebut yang ketika itu diisi para pemiliknya. Kedua sahabat tersebut membakar dan meruntuhkan masjid tersebut hingga para penghuni lari kocar-kacir daripadanya.
Sebagian muslim menolak diajak pergi menyerang Romawi, Muhammad sakit hati dan membakar rumah
    Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 2 Halaman 475

    "Perang Tabuk pada bulan Rajab tahun kesembilan Hijriyah"

    Ibnu Hisyam berkata, Ziyad bin Abdullah Al-Bakkai berkata kepadaku dari Muhammad bin Ishaq Al-Muththalibi yang berkata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menetap di Madinah antara bulan Dzulhijjah dengan Rajab, kemudian menyuruh kaum Muslimin bersiap-siap untuk menyerang Romawi."

    Ibnu Hisyam berkata, Az-Zuhri, Yazid bin Ruman, Abdullah bin Abu Bakr, Ashim bin Umar bin Qatadah, dan ulama-ulama kami lainnya, semuanya berkata kepadaku tentang Perang Tabuk seperti yang disampaikan kepadanya. Sebagian dari mereka menceritakan apa yang tidak diceritakan sebagian lainnya. Mereka berkata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memerintahkan sahabat-sahabatnya bersiap-siap untuk menyerang Romawi. Itu terjadi ketika kaum Muslimin mengalami masa-masa sulit, cuaca sangat panas, musim kemarau, buah-buahan mulai ranum, orang-orang lebih menyukai berada di buah-buah mereka dan tempat berteduh mereka, serta tidak suka berangkat dalam kondisi seperti itu. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sendiri jarang keluar untuk perang kecuali merahasiakannya dan menjelaskan bahwa beliau menginginkan bukan daerah yang beliau tuju, kecuali Perang Tabuk dimana beliau menjelaskannya kepada kaum Muslimin, karena perjalanannya sangat jauh, masa-masa yang sangat sulit, dan banyaknya musuh yang ingin beliau tuju. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menjelaskan hal yang demikian agar manusia mengadakan persiapan. Betul kali ini, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memerintahkan kaum Muslimin bersiap-siap dan menjelaskan kepada mereka bahwa beliau hendak menyerang Romawi.

    Pada suatu hari ketika tengah bersiap-siap, Rasulullah ShaAlaihi wa Sallam bersabda kepada Al-Jadd bin Qais, salah seorang dari Bani Salamah, `Hai Al-Jadd, apakah pada tahun ini engkau ikut memerangi orang-orang berkulit kuning (Romawi)?' 

    Al-Jadd bin Qais berkata, `Wahai Rasulullah, berilah aku izin dan engkau jangan menjerumuskanku ke dalam fitnah. Demi Allah, kaumku telah mengenaliku bahwa tidak ada orang laki-laki yang cepat tertarik kepada wanita daripada aku. Oleh karena itu, aku khawatir jika aku melihat wanita-wanita berkulit kuning (Romawi), maka aku tidak sabar.' 

    Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memalingkan muka dari AI-Jadd bin Qais dan bersabda, 'Aku mengizinkanmu.' 

    Tentang Al-Jadd bin Qais ini, turunlah firman Allah Ta'ala,
    'Di antara mereka ada yang berkata, Berilah saya izin dan janganlah engkau menjerumuskanku ke dalam fitnah,' ketahuilah bahwa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah dan sesungguhnya Jahannam itu benarbenar meliputi orang-orang kafir. ' (At-Taubah: 49).

    Maksudnya, jika Al-Jadd bin Qais khawatir tergoda wanita-wanita Romawi, itu tidak akan terjadi padanya. Namun, fitnah yang ia telah jatuh ke dalamnya itu lebih besar, yaitu tidak ikut berangkat perang bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan Iebih menyukai dirinya daripada diri beliau. Oleh karena itu, Allah Ta'ala berfirman, Sesungguhnya Jahannam itu benar-benar meliputi orang-orang kafir. '

    Sebagian orang-orang munafik berkata kepada sebagian orang-orang munafik lain, `Janganlah kalian berangkat pada musim panas seperti ini.' Mereka berkata seperti itu karena ingin mengecilkan arti jihad, membuat keragu-raguan tentang kebenaran, dan menggoyahkan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Kemudian Allah Tabaraka wa Ta 'ala menurunkan ayat tentang mereka,
    `Orang-orang yang ditinggalkan (tidak ikut berperang) itu merasa gembira dengan tinggalnya mereka di belakang Rasulullah dan mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah dan mereka berkata, Janganlah kalian berangkat (pergi berperang) di panas terik ini.' Katakanlah, 'Api neraka Jahannam itu lebih sangat panas, ' jikalau mereka mengetahui. Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis banyak sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan'. " (At-Taubah: 81-82).

    Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Memerintahkan Pembakaran Rumah Tempat Berkumpulnya Orang-orang Munafik

    Ibnu Hisyam berkata, orang yang aku percayai berkata kepadaku dari seseorang yang berkata kepadanya dari Muhammad bin Thalhah bin Abdurrahman dari Ishaq bin Ibrahim bin Abdullah bin Haritsah dari ayahnya dari kakeknya yang berkata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menerima laporan bahwa sejumlah orang-orang munafik berkumpul di rumah Suwailim -orang Yahudi- yang terletak di Jasum. Orang-orang munafik menggembosi manusia agar mereka tidak berangkat bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam di Perang Tabuk. Untuk itu, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengutus Thalhah bin Ubaidiyyah beserta sejumlah sahabat danmemerintahkan mereka membakar rumah Suwailim. Thalhah bin Ubaidillah dan anak buahnya melaksanakan perintah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Adh-Dhahhak bin Khalifah meloncat dari atas rumah Suwailim hingga kakinya patah diikuti sahabat-sahabatnya. Tentang kejadian tersebut, Adh-Dhahhak bin Khalifah berkata,
    Demi rumah Allah, Adh-Dhahhak dan Ibnu Uwairiq nyaris membakar dengan api Muhammad
    Aku naik ke rumah kecil Suwailim
    Aku jatuh hingga kaki dan sikuku patah
    Salam sejahtera untuk kalian, aku tidak akan mengulanginya lagi
    Aku takut dan siapa saja yang terkepung oleh api tersebut, ia terbakar' 
    "

    Ibnu Ishaq berkata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tetap bersemangat untuk berangkat, memerintahkan manusia bersiap-siap dan menyingsingkan lengan baju, menghimbau orang-orang kaya agar mereka berinfak, dan menanggung biaya jihad di jalan Allah. Kemudian sejumlah sahabat-sahabat yang kaya menanggung biaya jihad karena mengharap pahala Allah. Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhu berinfak dalam jumlah besar dimana tidak ada seorang pun yang berinfak sebesar itu."

    Perihal orang-orang Yang Menangis

    Ibnu Ishaq berkata, "Sejumlah orang dari kaum Muslimin -orang-orang yang menangis- mendatangi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Mereka adalah tujuh orang dari kaum Anshar dan selain kaum Anshar. Dari Bani Amr bin Auf adalah Salim bin Umair, Ulbah bin Zaid saudara Bani Haritsah, Abu Laila Abdurrahman bin Ka'ab saudara Bani Mazin bin An-Najjar, Amr bin Humam bin Al-Jamuh saudara Bani Salamah, Abdullah bin Al-Mughaffal Al-Muzani -sebagian orang berkata, yang benar ialah Abdullah bin Amr Al-Muzani-, Harami bin Abdullah saudara Bani Waqif, dan Irbadh bin Sariyah Al-Fazari. Mereka semua meminta Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam membiayai persiapan jihad mereka, karena mereka orang-orang miskin. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,`Aku tidak mempunyai apa-apa untuk membiayai jihad kalian.' Mereka pun keluar dari tempat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dengan menangis karena sedih sebab mereka tidak mendapatkan infak untuk pembiayaan persiapan jihad mereka."

    Ibnu Ishaq berkata, aku mendengar bahwa Ibnu Yamin bin Umair bin Ka'ab An-Nadhri bertemu Abu Laila Abdurrahman bi Ka'ab dan Abdullah bin Al-Mughaffal, yang keduanya sedang menangis. Ibnu Yamin bin Umair bin Ka'ab An-Nadhri berkata kepada keduanya, "Kenapa engkau berdua menangis?' Keduanya menjawab, `Kami datang kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan meminta beliau menanggung kami, tapi kami melihat beliau tidak mempunyai apa-apa untuk menanggung kami, karena kami tidak mempunyai bekal untuk berangkat bersama beliau." Kemudian Ibnu Yamin bin Umair bin Ka'ab An-Nadhri memberikan untanya dan sedikit kurma kepada kedua sahabat tersebut, lalu kedua sahabat tersebut berangkat bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam."

    Ibnu Ishaq berkata, "Orang-orang Arab datang kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam guna meminta uzur, namun Allah Ta'ala tidak memberi uzur kepada mereka. Dikatakan kepadaku bahwa mereka adalah sejumlah orang dari Bani Ghifar."


Sepulang dari Tabuk, sakit hati Muhammad masih belum reda dan lagi-lagi ia memerintahkan pembakaran, tapi kali ini bukan rumah biasa, melainkan masjid muslim

    Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 2 Halaman 491

    Ibnu Ishaq berkata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam melanjutkan perjalanan hingga tiba di Dzu Awan, daerah yang berjarak beberapa jam perjalanan dengan Madinah. Dulu, ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengadakan persiapan untuk berangkat ke Tabuk, para pemilik masjid Dhirar datang kepada beliau dan berkata, `Wahai Rasulullah, kami membangun masjid bagi orang yang sakit, orang miskin, malam yang hujan, dan malam yang gelap gulita. Kami ingin engkau datang kepada kami kemudian mengerjakan shalat bersama kami di masjid tersebut.' 

    Ketika itu, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, `Aku akan bepergian dan sedang sibuk,' atau seperti dikatakan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, `Jika kami datang dari kepergian kami, insya Allah kami akan datang kepada kalian, kemudian mengerjakan shalat bersama kalian di masjid tersebut.' 

    Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berhenti di Dzu Awan, beliau mendapat khabar tentang masjid tersebut, kemudian beliau memanggil Malik bin Ad-Dukhsyum saudara Bani Salim bin Auf dan Ma'na bin Adi atau saudaranya yang bernama Ashim bin Adi yang keduanya adalah saudara Bani AI-Ajlan, dan bersabda kepada keduanya, `Pergilah kalian berdua ke masjid tersebut di mana para penghuninya telah berbuat dhalim, kemudian hancurkan dan bakarlah masjid tersebut.' 

    Kedua sahabat tersebut segera berangkat hingga tiba di Bani Salim bin Auf yang merupakan keluarga Malik bin Ad-Dukhsyum. Malik bin Ad-Dukhsyum berkata kepada Ma'na, `Tunggu aku di sini hingga aku datang lagi kepadamu dengan membawa api dari keluargaku.' Malik bin Ad-Dukhsyum masuk kepada keluarganya untuk mengambil pelepah pohon kurma dan menyalakannya. Setelah itu, kedua sahabat tersebut berangkat dengan cepat dan masuk ke masjid tersebut yang ketika itu diisi para pemiliknya. Kedua sahabat tersebut membakar dan meruntuhkan masjid tersebut hingga para penghuni lari kocar-kacir daripadanya.

Sumber : Mengenal Islam
Share this article :

1 komentar:

  1. dari sejak muhammad ada sesama muslim sudah saling bunuh ....dan itulah yang di pertontonkan oleh isis ,boko haram .al qaedah fpi,taliban sampai saat ini ,tetapi para ulama di indonesia akan berkata " itu bukan islam ysng sebenarnya " ini adalah taqiya yang sangat islami

    BalasHapus

Terjemahan

 
Copyright © 2011. Islam Dalam Fakta - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger